CHAPTER 48 : Uncovered

1.9K 176 129
                                    

CHAPTER 48 : Uncovered

Masih dengan perasaan kecewa, Michelle memutuskan untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu. Dia tidak mau melihat lebih lanjut kemungkinan apa yang terjadi antara Marvel dan Erica. Cukup kekhawatiran di wajah Marvel dan makan malam yang gagal membuatnya uring-uringan seperti ini.

Dia menatap cincin pada jari manisnya. Mengusapnya dengan senyuman pedih. Dia sempat berharap tak akan gagal lagi tentang cinta. Tapi entah mengapa kali ini dia meragu. Akan kah dia dan Marvel akan berakhir bahagia?

"Michelle."

Saat mendengar suara Marvel, dia buru-buru merubah raut wajahnya.

"Daging pesananmu sudah aku letakan di dapur. Maaf jika membuatmu menunggu lama."

"Tidak apa. Masih bisa digunakan dilain waktu."

Marvel melangkah mendekatinya. Meraih pergelangan tangannya untuk bangkit.

"Kau sudah menyiapkan hidangan makan malam dengan susah payah. Aku ingin mencicipi masakanmu. Pasti rasanya sangat enak."

"Aku sudah tidak berselera lagi."

Wajah datar Michelle l sangat kentara. "Setidaknya temani aku makan. Bagaimana?"

Michelle tidak punya pilihan lain selain menganggukan kepala. Sebelum mencapai ujung pintu, dia menahan Marvel sejenak setelah melihat kaus yang Marvel gunakan terdapat noda darah dan robek pada bagian ujungnya. Dia mengambil alih untuk membukanya tanpa permisi. Melempar baju tersebut ke keranjang dan mengambilkan yang baru dari dalam lemari pakaian.

"Pakai ini."

"Terima kasih."

Mereka duduk berdampingan pada kursi meja makan. Marvel tampak lahap. Sepertinya Marvel menyukai masakannya atau dia justru betul-betul sedang lapar. Michelle memperhatikannya dengan bertopang dagu. Cukup lama hingga Marvel menyadarinya.

"Masakanmu sangat enak." Komentarnya sembari mengulum senyum. Dia menyodorkan satu sendok kepada Michelle. "Buka mulutmu. Biar aku suapi."

"Aku tidak ingin."

"Ayolah, sayang."

Michelle menurutinya. Hal itu membuatnya mendadak lapar. Disuapi Marvel ternyata mengembalikan napsu makannya yang sempat hilang. Hingga tanpa sadar mereka berdua menghabiskan seluruh makanan di atas meja.

Menebus kesalahan karena dia membawakan daging terlalu lama, Marvel membawa seluruh piring kotor menuju dapur dan membersihkannya. Dia tidak pernah menyangka Marvel akan melakukan pekerjaan rumah semacam itu saat biasanya dia bisa memanggil pelayan untuk melakukannya.

Marvel kembali dengan tangan basah. Dia berulut di depan Michelle yang masih terduduk. "Jangan bersikap dingin lagi padaku."

"Aku tidak."

"Erica aku ijinkan untuk bermalam disini karena aku ingin memastikan dia aman. Aku tidak mengerti dia sedang bermasalah dengan siapa. Yang jelas, cara orang tersebut menyakiti Erica dengan bidikan peluru menandakan jika lawannya bukan orang sembarangan. Aku menemukannya di pinggir jalan. Erica bersembunyi di balik pohon besar. Tapi aku tidak menemukan tanda-tanda adanya orang lain disana."

Pernyataan itu membuat Michelle teringat pada kejadian tempo hari tepat di depan perusahaannya. Seseorang mungkin mencoba mencelakainya sama seperti caranya mencelakai Erica. Tapi saat itu yang menjadi melindungnya justru Jeremy bukan Marvel.

"Aku belum berani menanyakan lebih lanjut bagaimana kronologinya pada Erica mengingat kondisinya sedang seperti ini."

"Aku juga pernah mengalaminya." Akunya pada akhirnya.

Sweet Of BlacknessWhere stories live. Discover now