CHAPTER 02 : Five Wishes

3.5K 261 223
                                    

CHAPTER 02 - Five Wishes

Hal yang dilakukan Michelle sejak duduk di bar stool adalah menghusap bibirnya dengan ibu jari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hal yang dilakukan Michelle sejak duduk di bar stool adalah menghusap bibirnya dengan ibu jari. Berulang-ulang. Sampai Hannah yang duduk di sebelahnya berhasil menghabiskan tiga sloki minuman halus dengan bosan.

"Ck. Mich, tolong katakan sesuatu." Hannah menyenggol sekali lagi lengan Michelle. "Ada apa dengan bibirmu? Kau butuh rekomendasi salon untuk melakukan filler?"

"Bibir ini penuh dosa."

"What?"

"Dia sangat lancang." Lagi, Michelle menghusap bibir merah mudanya dengan tatapan kosong. "Tapi kenapa aku malah menikmatinya?"

"Dia? Siapa? Menikmati apa? Oh Gosh, bicara yang jelas, Michelle!"

Saat Michelle merasakan dekapan seseorang dari arah belakang, barulah pikirannya kembali ke tempat. Sadar bahwa dia sedang berada di kelab malam, duduk di bar stool dengan satu botol whiski yang masih utuh, bersama sahabatnya—Hannah Lyne.

"Kau disini, Jeremy." Michelle menyentuh tangan yang melingkar erat di pingganya. Tangan milik tunangannya.

"Ponselmu tidak aktif. Jadi aku menanyakan keberadaanmu pada Hannah dan dia mengirimkan alamat kelab ini padaku. Apa urusan dua gadis ini sudah selesai?"

"Percayalah, dia bertingkah aneh sejak aku datang. Sepertinya dia butuh belaian dari—"

Michelle mendelik tajam pada Hannah, sebelum menggandeng lengan Jeremy. "Jangan dengarkan dia. Ayo pulang, sayang."

Terkutuklah Michelle! Rasa bersalah itu semakin menggerogotinya ketika berada di samping Jeremy. Ciuman itu membuatnya resah karena semenjak cincin pertunangan tersemat dijemari Michelle, dia tidak pernah berbuat aneh-aneh di belakang Jeremy. Apalagi mencium pria lain, pria yang bahkan baru dia kenal.

"Sweety." Jeremy memanggilnya disaat mobil sudah melaju entah sejak kapan. "Kau baik-baik saja?"

"Aku baik." Dengan manja, dia mendekatkan tubuh pada Jeremy, memeluknya dari samping tanpa menganggu konsentrasinya dalam menyetir. Jeremy adalah sumber kenyamannya. Tidak ada pria lain, apalagi Marvel. Tidak! Kejadian siang tadi hanya sebuah kesalahan kecil. Ciuman itu bukan bentuk pengkhianatan.

"Sekretarisku bilang kau sempat datang ke kantor ketika aku sedang terjun ke lapangan. Apa itu benar?"

Michelle mengangguk. Ketika dia berusaha menyingkirkan memori siang tadi, Jeremy malah berusaha mengingatkannya. Setelah ciuman itu berakhir, tidak satu pun dari mereka angkat suara. Michelle tidak melayangkan protes, Marvel tidak meminta maaf. Hingga mobil Marvel berhenti di JN International—perusahaan milik Jeremy. Saat itu yang terbesit dipikiran Michelle hanyalah mengadu pada Jeremy agar Marvel segera dipecat.

Sweet Of BlacknessWhere stories live. Discover now