CHAPTER 12 : His Privacy

2.5K 190 438
                                    

CHAPTER 12 : His Privacy

Alunan tembang latin mengiringi gelapnya malam di dalam sebuah mobil yang sedang membelah jalanan Kota. Tak satu pun dari mereka berniat membuka pembicaraan. Bahkan ketika nyaris menghabiskan dua puluh menit setelah mobil meninggalkan kelab.

Dalam diamnya, Michelle sedang memikirkan sosok Sean—pria yang baru saja dia ajak berkenalan sekaligus tersangka penembakan Jeremy. Jaket yang menempel pada tubuh kekar pria dua puluh tiga tahun itu tidak bisa membohongi tampang lugu yang dia perlihatkan—seolah menunjukan bahwa dia hanya remaja biasa yang sedang menghabiskan malam dengan bersenang-senang. Bukan seorang kriminal yang sedang berkeliaran bebas.

Husapan pada tangannya di atas paha sedikit membagi perhatian. Dia melirik Marvel yang menyetir dengan satu tangan dan melemparkan senyum tipis padanya.

"Aku tidak melihat tanda-tanda bahwa kau akan membunuhnya."

"Dia terlalu tampan untuk mati dengan cepat."

"Tampan?" Sahut Marvel, tak percaya. Dia mengeluarkan gelak tawa yang tidak terdengar lucu sama sekali. Malah husapan pada tangan Michelle berubah menjadi genggaman kuat. Gadis itu mengernyit bingung. Ada yang salah?

"Namanya Sean. Dia datang ke kelab untuk merayakan ulang tahun salah satu temannya. Well, aku mempercayaimu jika dia adalah pelakunya. Jaket miliknya tidak diproduksi untuk umum, itu hanya milik kaum mereka. Aku pikir ini bukan masalah personal antara dia dan Jeremy. Tapi ini tentang kelompok De La Mort yang memang banyak memiliki musuh."

"Dan apa rencanamu berikutnya?"

"I don't know. Aku berpikir untuk mengatakannya pada Jeremy tetapi sepertinya itu bukan ide bagus." Tangan Michelle terulur, menghusap rahang tegas Marvel yang terpahat indah dari arah samping. "Kau mau membantuku 'kan?"

"Membantu dalam hal?"

"Jeremy bahkan tidak membiarkanku memiliki satu dari ratusan koleksi pistolnya. Dia menganggapku perempuan manja yang selalu berlindung di balik punggungnya. And it's not me. I want to be free and you are the one who can help me."

Marvel berusaha mencuri keraguan pada mata coklat indah itu namun dia tidak menemukannya. Gadis itu mendekap tangan Marvel di dadanya dengan penuh harap. "Please."

"Anything for you, Sweety."

"Don't say that. Hanya tunanganku yang boleh memanggilku dengan sebutan itu." Peringatnya dengan suara kekehan kecil. Marvel tidak nampak tersinggung atas hal itu, pria itu malah menariknya lebih dekat. Untuk merebahkan kepala Michelle di atas pundaknya yang terbalut kemeja.

Wangi yang mirip dengan aroma citrus itu memekatkan indera penciumannya. Sembari mobil melaju dengan santai, Michelle menikmati perjalanan dengan memejamkan kedua mata. Itu terlampau nyaman hingga dia tidak sadarkan diri di dalam pelukan Marvel hanya dalam hitungan detik.

Marvel yang menyadari itu pun menunduk, menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajah Michelle ke balik telinganya. Cantik. Mendapatkan kesempatan untuk berlama-lama dengan gadis itu tentu dimanfaatkan Marvel dengan baik. Karena tentu saja ketidaksadaran Michelle dalam waktu singkat adalah akibat dari obat bius berupa wewangian yang sengaja dia tuangkan disana.

"You are mine tonight, Michy." Bisiknya.

***

Kamar pribadi Marvel sesak akan asap dari cerutu yang sedang dia hisap dalam-dalam. Ini sudah yang ketiga kalinya dalam semalam. Ditemani satu botol anggur tua yang telah dia habiskan satu perempat dalam waktu singkat, tidak membuat kepalanya pening hingga teler. Rasanya malah ingin berdiam diri lebih lama lagi, duduk di atas sofa sembari menonton Michelle yang sedang terlelap di atas ranjang besar miliknya.

Sweet Of BlacknessWhere stories live. Discover now