CHAPTER 28 : Repulsion

1.9K 180 390
                                    

CHAPTER 28 : Repulsion

Belakangan ini hubungan Michelle dengan Ayahnya sedikit renggang. Hal itu disebabkan oleh ketidak setujuan Riordan mengenai rencana pernikahan Michelle dengan Jeremy. Bukan karena tidak merestui keduanya, Michelle tahu Ayahnya hanya sedang mencoba menguji Jeremy. Untuk mengetahui seberapa pantas pria itu untuk putri kesayangannya.

Posisi Michelle tentu serba salah. Disatu sisi dia setuju dengan tindakan Ayahnya. Dia juga butuh waktu untuk memantapkan hatinya sebelum menyandang gelar sebagai istri. Tetapi disisi lain, dia tidak ingin membuat Jeremy membencinya karena merasa bahwa berpihak kepada Ayahnya. Jeremy akan marah serta menuduh Michelle sudah tidak mencintai dirinya lagi.

Masih prihal membahas rencana pernikahan, siang tadi Jeremy mengirim pesan untuknya. Ajakan makan malam. Tentu Michelle antusias, dia meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk agar bisa datang lebih awal dari waktu yang sudah di janjikan.

"Selamat datang, Nona. Anda membutuhkan meja untuk berapa orang?" Seorang pelayan bertanya padanya setelah membukakan pintu restoran.

"Meja atas nama Jeremy Nicholas dibagian mana ya?"

Pelayan itu mengecek buku tamunya sejenak. "Ada di sebelah sana. Mari saya antar, Nona."

Michelle duduk lebih dulu karena dia hadir setengah jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Seharian bekerja membuat wajahnya tampak sedikit kusam. Michelle pun melalukan touch up kecil-kecilan. Tak lupa menyemprotkan parfum di beberapa area.

Sudah lewat dari setengah jam berlalu, Jeremy belum juga menampakan batang hidungnya. Sedangkan perutnya sudah mulai berbunyi. Dia pun mencoba mengirim pesan kepada Jeremy.

Michelle.
Aku sudah di lokasi. Kau dimana?

Belum ada tanda-tanda bahwa Jeremy membalas pesannya. Dibaca pun tidak. Akhirnya setelah sepuluh menit berlalu, dia pun mendapat balasan.

Jeremy.
Tunggu sebentar lagi. Masih ada sedikit pekerjaan.

Michelle.
Jangan lama-lama ya. Aku lapar.

Jeremy.
Iya sayang.

Michelle menempelkan punggungnya pada sandaran. Membuat dirinya betah menunggu sambil membuka beberapa sosial media. Namun seseorang menyerukan namanya, membuatnya langsung mendongak pada Erica yang kini berdiri di depan mejanya.

"Hai. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini." Michelle bangkit ketika Erica mengajaknya cipika-cipiki. "Kau sendirian?"

"Aku sedang menunggu tunanganku. Kau sendiri?"

"Aku bersama—" Erica menoleh ke belakang. Ke kanan, ke kiri. Seperti mencari sesuatu. "Sebenarnya aku baru saja selesai makan malam bersama kekasihku. Mungkin dia sedang ke toilet."

"Wah, kebetulan sekali."

"Aku ingin mengenalkan kalian. Tunggu." Erica mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Seperti sedang mengetik pesan tetapi raut mukanya tiba-tiba saja berubah. "Maaf, Mich. Sepertinya aku harus buru-buru pulang. Kekasihku sudah menunggu di mobil, katanya dia sakit perut."

"Oh tidak apa-apa."

"Aku duluan ya."

"Hati-hati, Erica." Michelle membalas lambaian tangan Erica hingga perempuan itu menghilang di balik pintu utama restoran.

Sweet Of BlacknessWhere stories live. Discover now