CHAPTER 26 : Don't Leave Me

2.2K 163 276
                                    

CHAPTER 26 : Don't Leave Me

"Jadi kau...—kau sudah memiliki kekasih?"

"Marvel, itu suara siapa?" Tanya Erica di seberang telepon.

Di banding ledakan bom yang terjadi baru saja, situasi ini lebih mencekam bagi Marvel. Kedua matanya masih beradu dengan Michelle. Bibirnya tertarik keras, tampak marah. Michelle pasti sudah mendengar lebih banyak dari yang dia kira.

"Maaf, aku tutup sekarang. Selamat istirahat."

Marvel tidak memberi banyak penjelasan kepada Erica. Dia menyimpan ponsel ke saku celana.

"Aku rasa Dokter belum mengijinkanmu untuk bangkit dari tempat tidur." Marvel memegangi sebelah pundak Michelle. "Masuk lah. Aku akan kembali setelah berbicara dengan Dokter."

"Tidak sebelum kau menjawabku."

"Aku harus memastikan kondisimu lebih dulu, setelah itu kau bebas mengajukan pertanyaan apapun." Tangan kanan Marvel mendorong pintu. Membukanya untuk Michelle. "Sekarang kembali ke tempat tidur. Istirahatlah sembari menungguku."

Perintah itu terlalu lembut walau terkesan menuntut. Michelle dibuat tidak bisa menolak. Pintunya tertutup setelah Michelle berbaring di atas tempat tidur.

Jika benar Marvel memiliki kekasih untuk apa pria itu melakukan semua ini padanya—menolongnya seolah Michelle adalah seseorang yang sangat berharga untuknya?

Michelle menunduk—menatap jari manisnya yang masih tersemat cincin petunangan. Dia sudah berjanji untuk tidak melepasnya, apapun masalahnya dengan Jeremy. Tapi sampai kapan Michelle mampu mempertahankan Jeremy di hidupnya?

Apa sekarang Jeremy memikirkannya? Mencarinya? Mengkhawatirkannya?

"Kau sudah tidur?" Suara Marvel terdengar tetapi Michelle enggan menoleh—masih betah meringkuk di atas tempat tidur. Menghadap jendela.

Langkah kakinya terdengar semakin dekat. Tempat tidurnya bergoyang. Marvel duduk di dekatnya. Menghusap lengan Michelle dengan ibu jarinya.

"Kata dokter kau hanya mengalami syok. Cukup istirahat dan minum vitamin setelah makan maka kau akan membaik. Apa kau sudah memakan hidangan di pesta?"

Michelle menjawab dengan gelengan. Jika diingat-ingat selama pesta berlangsung, dia hanya menjadi boneka untuk Jeremy. Digiring kesana kemari dan dipamerkan sebagai calon istri. Dia tidak bisa lepas sejenak untuk sekedar mengambil makanan atau pun minuman.

"Kau ingin makan apa?" Tanyanya lagi, Michelle masih bungkam. "Aku akan pesankan sesuatu untukmu agar kau bisa meminum vitamin dan beristirahat."

"Mengapa kau sangat baik padaku?"

Belum sempat Marvel menjawab, Michelle kembali menyela, "Bukan kah orang yang terlalu baik adalah orang yang patut dicurigai? Terlebih lagi aku tidak tahu apa keuntungan yang kau dapatkan karena sangat sering menolongku."

"Jadi menurutmu bagaimana aku harus bersikap padamu?"

Kedua bahu Michelle terangkat, tersenyum pedih. "Mengapa kau bersikap melebihi apa yang tunanganku lakukan terhadapku?"

Sweet Of BlacknessWhere stories live. Discover now