CHAPTER 42 : The Mask

1.8K 154 130
                                    

CHAPTER 42 : The Mask

Mengulang kejadian beberapa saat lalu membuat Michelle kembali terlempar pada masa lalu. Dia tidak mungkin salah mengenali orang, dia mengenal Jeremy dengan sangat baik.

Dalam waktu yang sangat singkat pria itu langsung melepaskan pelukannya dari pinggang Michelle dan beranjak sambil menarik topinya turun. Pria itu juga tidak mengatakan apa-apa saat Michelle mengucapkan terimakasih dan berusaha mengejarnya. Namun dia kehilangan jejak.

"Kau belum juga tidur?" Marvel menghusap lengan Michelle yang tidur memunggunginya. Tubuh mereka telanjang di balik selimut. Marvel benar-benar menagih janji hingga kegiatan intim mereka terulang lagi. "Apa kau masih merasa sakit?"

"Bukan tentang itu."

"Lalu?" Michelle memutar tubuhnya. Saling berhadap dengan Marvel. "Ada apa, sayang?" Tanya Marvel sekali lagi sembari menyelipkan rambut Michelle ke balik telinga.

"Aku rasa aku melihat Jeremy di restoran."

"Jeremy?"

"Awalnya aku pikir itu hanya halusinasiku. Tapi, setelah dipikir-pikir, aku tidak mungkin salah, aku sangat mengenalinya. Saat keluar dari toilet kepalaku sedikit pusing dan hampir menabrak pelayan yang membawa minuman. Saat itulah dia datang menolongku." Michelle memijat pangkal hidungnya. "Apa Jeremy benar-benar masih hidup?"

"Kemungkinan besar dia masih hidup. Mayatnya tidak ditemukan di lokasi kejadian. Sekalipun badannya hangus terbakar akibat kobaran api, seharusnya tulang belulangnya masih dapat ditemukan. Khasus kecelakaan Jeremy ditutup begitu cepat karena ada nama besar dibaliknya."

"Maksudmu Daddy?"

Marvel menganggukan kepala. "Jeremy tidak mengalami kecelakaan tunggal. Semua sudah direncanakan oleh seseorang yang memiliki niat mengadu domba Daddy-mu dan juga Jeremy."

"Siapa?"

Saat Marvel memilih diam sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh Michelle, dia tahu bahwa Marvel tidak akan memberitahunya.

Dulu saat Michelle sering kali diwanti-wanti oleh Riordan dan Jeremy tentang dunia luar yang berbahaya, dia seolah menebalkan kuping. Tidak memerdulikannya. Tapi setelah banyaknya pengkhianatan yang dia alami. Setelah dia sadar bahwa fisik bukanlah cerminan hati seseorang. Michelle paham bagaimana kejamnya dunia ini. Terlalu banyak hal-hal menyakitkan diluar akal sehatnya dan dia sadar bahwa hal semacam itu tidak mudah berlalu.

"Kau milikku. Itu artinya tidak ada satu orang pun boleh menyakitimu." Bisiknya penuh dengan keyakinan. "Aku bisa menjadikan nyawaku sebagai jaminan untuk melindungimu. Tapi apa aku bisa menjamin hatimu masih tetap untukku jika seandainya Jeremy benar-benar kembali dalam hidupmu?"

Michelle meraih tangan Marvel kemudian menggenggamnya erat. "Semua yang ada pada diriku adalah milikmu. Tidak tersisa untuk siapapun lagi."

Marvel mengulas sebuah senyuman. Perasaan lega seketika memenuhinya.

***

"Makeup dan perempuan di jaman sekarang ini bagaikan amplop surat dan perangko, sangat sulit untuk dipisahkan. Bagi perempuan, makeup sendiri sudah seperti kebutuhan primer, perannya hampir setara dengan makanan yang wajib mereka konsumsi setiap harinya. Tapi tak sedikit juga yang menaruh kontra. Terutama para pria yang mengganggap perempuan dan kebutuhan makeup-nya adalah dua hal yang berlebihan. Padahal faktanya, hal pertama yang dilihat pria saat bertemu dengan perempuan adalah wajahnya bukan?"

Sweet Of BlacknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang