"Gue gak pernah main-main sama ucapan gue. Makin lo bandel makin cepet gue nikahin lo!" Tekan Gala menatap Riri penuh ancaman. Gala tersenyum miring. "Gak peduli kalaupun abang-abang lo gak kasih restu. Gue bisa bawa lo buat nikah lari."

"Gak mau!"

"Kenapa?!" Tanya Gala tidak suka. "Mau nikah sama siapa lo kalo gak nikah sama gue hah?!"

"Riri gak mau nikah lari ih! Capek!" Tolak Riri melipat tangannya di depan dada. "Masa nikah sambil lari?! Di mana-mana nikah itu sambil duduk!"

Gala menjambak rambutnya sendiri. Ia hampir lupa, pacar, eh ralat, tunangannya ini memang rada...bego.

"Gak gitu maksud gue!"

"Terus gimana?" Polos Riri. Gadis itu bertanya seperti tanpa dosa. Tidak tahu saja jika saat ini Gala sedang menahan diri untuk tidak menjedotkan kepalanya ke dashboard karena saking kesalnya.

"Dah lah serah lo!" Balas Gala tidak mau memperpanjang.

"Apa?!" Tanya Riri sewot saat dagu Gala tiba-tiba menunjuk ke luar jendela samping Riri. Apa Gala sedang mengusirnya untuk keluar dari mobil? Ah, jangan sampai.

"Buka, tuh ada orang jualan air."

Riri menatap nenek-nenek yang berdiri tepat di sampingnya. Lalu kembali menatap Gala. "Riri gak haus! Lagian Riri masih punya minum di dalem tas!"

Gala berdecak. Tanpa banyak bicara cowok itu keluar dari dalam mobilnya. Menghampiri nenek-nenek itu untuk membeli semua minumannya yang berjumlah sepuluh botol.

"Gala beli semuanya?" Mata Riri mengerjap tidak percaya melihat Gala kembali masuk ke mobil dengan membawa satu kantong plastik besar berisi beberapa botol air mineral. "Gala haus banget, ya?"

"Kadang kita gak perlu ngerasain haus dulu buat beli minuman."

Riri melongo tidak paham. "Hah?"

"Mereka. Orang kayak nenek-nenek tadi, jual minum bukan buat kaya. Tapi buat beli makan. Jadi apa salahnya kalo gue bantu dengan beli semua?"

Riri tertegun mendengar jawaban Gala. Meski ia agak lemot tapi ia paham apa yang Gala maksud. Inilah salah satu sikap Gala yang membuat Riri jatuh cinta. Di beberapa momen tertentu, Gala memang terlihat sangak bijak.

"Kenapa lo liatin gue sampe mangap gitu? Terpesona sama gue?" Tanya Gala setelah menenggak satu botol air mineralnya hingga tanggal.

Riri segera menutup mulutnya yang sempat terbuka. "Enggak ih!" Ketus Riri menahan rasa malu.

"Lo bakal dapet hukuman setelah ini."

Gala kembali melajukan mobilnya menuju apartemen. Ia memang biasa mengajak Riri pulang ke apartemennya dulu sebelum mengantarkan gadis itu pulang.

"Gak mau ih! Riri gak mau dihukum!"

"Makin lo ngebantah, makin berat hukuman lo!"

Mata Riri berkaca-kaca. Di saat-saat seperti ini Riri membutuhkan bantuan dari abang kembarnya, Dewa dan Danis. Dua abangnya yang tidak pernah akur dengan Gala itu. Terutama Dewa, seolah cowok itu mempunyai dendam pribadi dengan Gala. Setiap bertemu mereka selalu bertengkar. Ya meski pertengkaran mereka hanya sebatas adu mulut saja. Tidak lebih. Apalagi sampai baku hantam. Namun tetap saja hal itu membuat Riri pusing.

"Riri gak mau dihukum!" Kaki Riri menendang-nendang ke depan. Suatu kebiasaan yang selalu gadis itu lakukan jika sudah merasa sangat kesal.

"Gak mau ih!" Tendangan Riri semakin kuat membuat Gala geram sendiri.

BUCINABLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang