Jaemin side

1K 83 2
                                    

Rumah duka tampak ramai, semakin lama semakin banyak orang yang melayat ke rumah Reya, mulai dari teman sekolahnya, para guru, sampai rekan kerja jisoo.

Reya terbaring kaku di ruang tamu ditutupin oleh kain batik yang menutupi seluruh tubuhnya. Jaemin sudah melihatnya tadi, sekarang dia duduk termenung di kursi yang disediakan di halaman rumah itu. Jaemin seolah enggan untuk kembali melihat Reya, menatap kain yang menutupi tubuhnya saja sudah membuat hati Jaemin sakit.

Teman-teman sekolah yang datang pasti mengucapkan kata turut berbelasungkawa padanya, dan memberi support agar ia tegar dan kuat menerima kepergian Reya, terutama pada Haechan, Jeno, dan Jaemin yang pasti orang paling terpukul disana, setelah keluarga Reya sendiri.

Jeno menatap kosong ke arah dalam rumah Reya dimana orang-orang duduk melingkar sambil membacakan ayat-ayat suci "chan Reya udah ga ada, kita ngapain lagi sekarang?" tanya Jeno lirih pada Haechan yang duduk persis disampingnya.

Ekor mata Haechan mengarah pada Jeno untuk sebentar, lalu ia menggeleng kembali menyembunyikan kepalanya dengan tangan. Haechan sedari tadi tidak banyak bicara, sama seperti Jaemin dia banyak diam dan menangis. Pertama kali Haechan rasakan patah hati terbesar di hidupnya yaitu ia ditinggalkan oleh perempuan yang baru saja ia cintai beberapa bulan terakhir ini.

Jaemin bergerak menjauh dari tempat itu berjalan ke lahan samping rumahnya yang terdapat kursi, disana tidak ada orang, Jaemin butuh ketenangan jadi Jaemin memilih untuk diam disana.

Saat Jaemin menghilang, Minju datang bersama beberapa temannya untuk melayat. Setelah itu ia menanyakan pada yeri keberadaan pacarnya itu karena tidak terlihat disana, bukankah seharusnya Jaemin ada di tempat ini kan sekarang? Yeri tidak tau Jaemin ada dimana, tapi ia menyarankan Minju untuk mencarinya di rumah.

Minju mengiyakan saran yeri dan mencarinya ke rumah Jaemin, belum dia masuk Minju sudah melihat Jaemin sedang termenung di kursi lahan samping rumah mewah itu. Minju menarik senyuman, lalu berjalan pelan menuju Jaemin.

Diraihnya lengan Jaemin sembari ia berjongkok dihadapannya "Jaemin.." panggilnya

Lelaki itu tak bergeming, bahkan enggan untuk balas menatap Minju, dia masih tertunduk menatap tanah dengan kosong.

"Jaemin, kamu gamau ngomong sama aku, hm?" Tanya Minju halus, sambil mengelus-elus tangan Jaemin.

Final Jaemin membalas genggaman tangan Minju berlanjut menatap kedua manik kecoklatan gadis itu "sa.. Reya udah ga ada." ucapnya dengan suara bergetar

Jaemin runtuh

Sigap Minju merengkuh tubuh yang sedang ringkih itu, didekapnya erat seraya mengusap punggung itu lembut. Jaemin menenggelamkan wajahnya bahu Minju agak tertutupi rambut panjangnya, ia menangis disana. Tangisannya semakin menjadi membuat hati Minju juga teriris mendengarnya, Jaemin selemah itu sekarang.

"Nangis aja gapapa, aku disini. Aku tau kok Jaemin kuat, ikhlasin ya? Reya udah tenang sekarang, udah ga ngerasain sakit lagi."

"Aku gagal sa, aku yang salah bikin Reya pergi." Minju menggeleng, ia tak kuasa menahan air matanya, spontan Minju melepaskan Jaemin berlanjut menangkup rahang lelaki itu

"Hey jaem, dengerin aku! It's not your fault, udah takdirnya Reya harus pulang. Jangan nyalahin diri kamu oke? Ayo ikhlas, Jaemin yang aku kenal ga kaya gini." Minju mengusap rambut Jaemin yang agak berantakan, lalu ia kembali mendekapnya erat membiarkan Jaemin untuk menangis sampai ia tenang.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TWINS | Nomin ✓Where stories live. Discover now