Ch. 28

475 78 6
                                    

Hai i'm back. Jangan lupa kasih vote dan komennya yaa ❤️🤗

Oiya... Jangan lupa dukung aku dengan baca cerita aku yang lain judulnya People Like Us, ini juga cerita anak sma-an.

Btw happy reading~~

***

Menyandarkan kepalaku pada kaca jendela taksi sembari mengamati tangan Travis yang sejak tadi menggengam tanganku, membuatku merasa bersalah padanya.

Ah, rasanya aku jadi teringat pada pertemuan kami saat itu, saat ia terlihat begitu frustasi mencari Brave, terlihat begitu ketakutan jika saja anjingnya itu tidak akan kembali padanya. Mungkin... perasaan itulah yang saat ini ia rasakan, dan aku menyesal karena membuatnya merasakan hal itu. Oh, jika saja aku lebih memikirkannya dan tidak mendorongnya pergi dengan keterlaluan, ia mungkin akan merasa lebih tenang dan menikmati setiap perjalanan kami ini.

“Sudah lama aku tidak bertemu dengan Brave, bagaimana kabarnya?”

Ya, kapan terakhir kali aku bertemu dengan Brave? Aku bahkan tidak mengingatnya.

“Dia baik. Tetapi dia bertindak buruk karena terus menggigiti sofa kami.”

Kejadian di mana Travis meninggalkan rumah mereka itu mungkin membuat Bianca menjadi lebih protektif. Ia mungkin tidak membiarkan Brave pergi keluar rumah dan membuat anjing menggemaskan itu tetap berada di dalam rumah dan membuatnya merusak barang-barang mereka.

“Seharusnya kau mengajaknya bermain di luar.”

Travis mengangguk cepat.

“Ya, karena lenganku yang sakit, aku tidak bisa melakukannya.” Balasanya itu membuatku teringat akan kejadian buruk yang menimpanya kala itu, dan ya... itu semua terjadi karena diriku.

“Karena itu, seharusnya kau membantuku melakukannya.”

Aku dapat melihat senyuman kecil yang nampak di bibirnya, dan jangan lupakan bagaimana kedua sisi wajahnya itu memerah seketika. Sepertinya ia merasa malu karena secara tidak langsung ia sedang mengajakku berkencan bersamanya dan anjingnya.

“Merasa lebih baik sekarang?”

Dia mengangguk kecil. Syukurlah jika dirinya tidak terbebani dengan pikiran apapun.

“Lain kali jangan lakukan itu lagi....” ucapnya selanjutnya, mengejutkanku.

“Melakukan apa?” aku tahu apa yang dimaksud olehnya, tetapi aku ingin mendengarnya tetap berbicara.

“Jangan mengusirku pergi darimu.” Perkataannya itu membuatku tersenyum.

“Aku tidak akan melakukannya.”
Sekalipun aku ragu apakah aku bisa melakukannya... tetapi sejujurnya hal itulah yang benar-benar ingin kulakukan untuknya.

Ia mengangguk, sebelum kemudian melemparkan pandangannya ke arah luar jendela.

“Wahh,” decaknya merasa kagum. Aku mengikuti arah pandangnya dan menemukan sesuatu yang sudah sejak lama aku pikirkan.

Taman bermain dengan banyak wahana permainan yang menjadi impianku sejak kecil itu ada di sana, tidak banyak perubahan di sana, dan aku merasa tidak sabar untuk menghabiskan waktuku di sana bersamanya.

“Oh, ini pasti akan menyenangkan!” gumamku dengan riang. Ah, aku bahkan tidak sadar karena mengatakannya dengan begitu bersemangat.

“Tuan, kami akan mampir ke taman ini.”

Tuan sopir itu segera membelokkan taksinya ke arah taman itu. Aku memberinya beberapa lembar uang dan memintanya untuk kembali malam nanti. Mengingat rumah dan makam nenek yang tidak begitu jauh dari taman bermain ini, aku memutuskan untuk mengunjungi makam nenek lebih dulu sebelum kemudian datang ke rumahnya.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang