20. Sang Maha Romantis

2.1K 434 13
                                    


Sepekan di panti membuatku banyak belajar, tentang bersyukur dan bersabar. Sebesar ini, aku mungkin memang belum pernah, bahkan belum tau siapa sebenarnya diriku. Siapa ibuku, siapa ayahku, sanak saudaraku. Aku hanya punya ibu Mei, bunda dan ayah. Hanya itu,, tapi aku bersyukur, dengan segala kenikmatan yang Allah berikan padaku, masih banyak orang yang hidupnya lebih menyedihkan dariku.

"Malam ini bu Mei harus pergi ke rumah bu Sukma, ada makan malam keluarga, kamu, Naya sama Zeya jaga anak-anak ya" pesan bu Mei sore tadi.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Aku, Naya dan Zeya adalah sesama santri yang sedang liburan akhir semester satu. Naya dan Zeya dari pondok yang sama tidak jauh dari panti. Rumah mereka juga hanya berjarak beberapa rumah dari panti.

Malam ini aku duduk di ruang tengah bersama beberapa anak. Mereka ingin belajar bahasa inggris bersamaku. Tapi sepertinya tidak jadi.

"Kak, bahasa inggrisnya aku cinta kamu apa?" Tanya seorang anak laki-laki yang kira-kira kelas tiga SD.

"I love you too kak Bintang" ucapnya sembari menyodorkan setangkai bunga mawar yang ku tebak mencabutnya di samping rumah. Karena masih ada akar pohon yang menggantung.

Aku terkekeh pelan. Anak-anak juga tertawa dengan tingkahnya. Namanya Delta. Segera aku meraih bunga yang di sodorkan oleh Delta.

"Makasih Delta. Emang kamu paham apa cinta?" Tanyaku.

Delta tersenyum kikuk.

Dia sangat menggemaskan.

"Aku juga ga tau cinta kok, tenang aja" ucapku.

"Masa kak Bintang ga tau cinta, emang kak Bintang ga punya pacar?" Tanya Maura, anak berumur tiga tahun yang sedang duduk di pangkuanku.

Aku menggeleng sembari tersenyum.

"Pacaran itu dosa sayang, ga ada untungnya, apa lagi buat perempuan." Ucapku.

"Tapi, banyak orang di tv pacaran ga papa kak" ucap Maura lagi. Aku tersenyum, aduh, dia masih kecil.

"Perempuan itu istimewa sayang, harus di spesialkan. Ga boleh perempuan di pegang selain ayah atau kakak laki-lakinya." Ucapku, berusaha menyesuaikan dengan umur Maura.

"Tapi Maura ga punya ayah." Ucap Maura polos. Hatiku seperti di tekan dengan benda berat. Ya, itulah yang selama ini aku rasakan. Aku hidup sebatang kara dengan kebimbangan yang sangat. Siapa mahramku. Itu saja, aku hanya butuh kepastian.

Aku tersenyum menatap manik mata Maura yang berkaca-kaca.

"Maura jangan nangis, ada abang di sini." Delta mengelus rambut Maura dengan tangan kanan.

Delta menepuk-nepuk dadanya dengan tangan kirinya. Menyombongkan dirinya sebagai seorang kakak laki-laki. Ya mereka bersaudara. Ibu mereka menitipikan disini lalu pergi. Enatah ke mana.

"Aku punya ayah, tapi ga punya ibu, terus ayah tinggalin aku gara-gara aku mirip ibu, ayah benci aku, sekarang aku ga punya ibu juga ga punya ayah." Laila. Anak perempuan berumur tujuh tahun yang sendari tadi memainkan jilbabku.

"Kalian masih punya Allah yang bakal sayang banget ke kalian." Ucapku. "Kalian tau? Allah itu romantis, jadi kalaupun kalian ga punya ayah ibu, kalian punya Allah yang sangaaat sayang sama kalian." Lanjutku. Mereka mentapku intens.

"Misal ya, kalau tubuh kalian lagi butuh air karena belum minum, Allah bakal kasih kalian rasa haus, jadi, kalau kalian haus, kalian ngapain?" Jelasku, berakhir dengan bertanya.

"Minum" jawab mereka serempak.

"Setelah minum, tubuh kalian yang sebelumnya butuh air, jadi terpenuhi kan,"

"Iya," jawab mereka lagi.

"Itulah Allah, maha romantis, perhatian. Sama aja kalau tubuh kalian butuh makanan, kalian di kasih lapar, buat mengingatkan kalian kalau kalian butuh makanan, lalu kalian makan, nahhh, kalau kebutuhan kalian udah terpenuhi, kalian ga sakit kan?!" Jelasku. Mereka mengangguk paham.

"Ga punya ayah, ga punya ibu, itu bukan syarat menjadi mulia di hadapan Allah, di mata Allah semua hamba mendapatkan kenikmatan, semuanya sama, kecuali keta'atan." Jelasku. Mereka mengangguk.

Malam kami di lanjut dengan anak-anak yang mulai tertarik dan bertanya-tanya padaku.

Awalnya aku sedikit gengsi. Aku malu. Tapi ternyata ini lebih menyenangkan bila ku pikir-pikir. Membuat orang lain tersenyum ternyata sebahagia itu.




























Pengen punya pacar, tapi takut dosa, ga punya pacar, ga ada yang perhatian.

Kata siapa? Udah pahamkan akalau Allah itu maha romantis, jadi ga perlu pacar lagi kalian udah di perhatiin.

PUTUSKAN PACARMU, MARI BERKARYA BERSAMAKU❤❤❤






















Siang ini insyaAllah up lagi,, ❤❤

Cinta Dalam Mihrab Taat  (⚠TELAH TERBIT⚠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang