04. Embun

4.7K 577 35
                                    



Pagi hari terasa menyejukkan saat aku pertama kali keluar mushola ba'da -setelah  shubuh. Teras mushola sepi karna jam halaqoh -sekelompok orang yang sudah di tetapkan shubuh telah berakhir sepuluh menit yang lalu. Matahari telah muncul setengah tombak. Aku menyusuri teras mushola, menuju teras hujroh -kamar 'Aaisyah, Hafshoh, dan belok ke kiri di teras hujroh Ruqoyyah, berlanjut hingga hujroh paling hujroh Ummu Kulstum, hujroh ku.

"Assalamualaikum," salamku sembari membuka pintu Zahra dan Lana menjawab salamku sembari menata buku yang akan di bawa ke kelas hari ini.

Aku melepaskan tholhah -mukenaku setelah meletakkan mushafku di atas lemari. Melipat mukena dan menyimpannya di lemari.

"Aqidah lagi Bin, senang kau?" Tanya Lana yang sedang mengeluarkan seragam maroonya dari lemari. Aku hanya mengerucutkan bibirku kesal. Mengingat wajahnya saja sudah membuatku kesal.

"Assalamualaikum," salam Risha dengan suara khasnya. "Ada pengumuman dari us. Rana, jadii,, berhubung us. Luthfi udah pindah,, yang gantiin ust. Rakha ya." Jelas Risha sembari salam dan segera pergi.

Aku hanya diam sembari mengenakan rok dan jilbab kaosku. Meraih piring dan sendok. Aku akan mengambil jatah sarapanku.

Aku tak mempedulikan Zahra dan Lana yang seperti sedang bergurau, mereka tertawa dan entah apa yang mereka tertawakan, aku langsung pergi saja.

"Cieee, halaqoh ust. Rakha, ga ada Bintang, Bintang, tapi Najma." Ejek Risha.

Aku mengernyitkan keningku. Aku kan halqoh us. Luthfi, kenapa jadi ust. Rakha.

"Kok aku sha?" Tanyaku bingung.

"Kamu kan halaqoh us. Luthfi, emang kamu ga denger aku ngumumin apa tadi.?" Jelas Risha yang langsung pergi meninggalkanku.

"Ahh.. ohh yaa,,, shaa aku ga mau,,," keluhku sembari memegang tepian piringku yang sudah beriai lauk pauk. Ahhh,, kenapa ust. Rakha lagi.


-o0o-



Setelah marosim -upacara pagi, aku memilih menuju teras kelas 3 lebih awal, agak kesal karena ejekan teman teman sekamarku menjadikanku bahan ejekan sejak aku baru sampai di kamar setelah makan. Tanpa banyak merespon aku segera masuk kamar mandi dan bersial ke halaman untuk marosim.

Aku menatap embun yang menggantung di ujung daun. Bunga bunga terjajar rapi di sepanjang teras. Dari teras kelas, menuju mushola, berbelok ke hujroh hujroh -kamar dan berbelok lagi sampai ke teras hujroh ustadzah yang berseberangan dengan hujroh ustadz.

"Qothrunnada."

Suara berat yang kemarin pagi membuatku malu setengah mati terdengar lagi di telingaku. Aku yang berjongkok mendongakkan wajahku. Seorang lelaki yang entah tak tahu umurnya menatap objek yang sama denganku. 3 detik aku menatap wajahnya yang sangat tampan dari bawah.

"Ehm," suara deheman ust. Rakha membuatku membenarkan posisiku dan berdiri sembari menundukan pandanganku.

"Afwan ustadz," ucapku canggung.

"Halaqoh us. Luthfikan?" Tanya ust. Rakha.

Aku emngangguk mengiyakan.

"Panggil teman teman halaqohmu. Ustadz tunggu disini."

Aku sedikit berlari, mengusir kecanggunganku.

"Najma, " panggil ust. Rakha. Aku berhenti. "Qothrunnada itu setetes embun." Lanjut ust. Rakha yang mebuatku mengangguk. Lalu melanjutkan langkahku yang sempat terhenti.

Aku memutar otak. Ada apa sih dengan ust. Rakha, suka sekali tiba tiba datang dan mengagetkanku.

Di teras mushola aku melihat Sabrina dan Aminah sedang berbincang.

Cinta Dalam Mihrab Taat  (⚠TELAH TERBIT⚠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang