08. perjuangan

3.3K 539 5
                                    

"Al qur'an bukanlah sebuah jaminan bahwa seseorang telah baik agamanya. Al qur'an adalah sebuah perantara manusia untuk memperbaiki dirinya. Jika yang sudah hafal al qur'an saja belum tentu baik akhlaknya, apa lagi yang tidak hafal qur'an?, cukup sekian hari ini, insyaAllah kita lanjutkan di pekan depan. " Ust Aksa mengakhiri pelajaran hari ini.

Us Mutia yang mengajar bahasa Arab di pindahkan ke bagian sekretaris. Ust Aksa menggantikan us Mutia. Ya, ust Aksa musyrif baru menemani tugas ust Rakha. Sudah dua minggu berlalu.

Zahra tersenyum penuh makna saat ust Aksa keluar kelas setelah mengucap salam dan pertanda bahwa pelajaran hari ini sudah selesai. Saatnya qolilullah. Bintang menatap teman sebangkunya.

"Anti kenapa zah??"tanya Zahra, Risha menimbrung dengan duduk di kursi depan kursi kami yang telah kosong karna.

"Si Zahra kasmaran keknya." Terka Risha.

"Diem ah," sergah Zahra. Risha tertawa dengan yang Zahra berikan.

Aku tersenyum melihat keduanya. Risha yang anti dengan laki-laki dan Zahra yang super friendly pada siapapun. Bintang? Jangan tanya tentang orang yang paling jarang mengeluarkan suara itu.

"Bin, dah yuk,pergi aja, teman kita lagi bucin ga usah di ganggu." Ajak Risha menarik tangan Bintang.

Zahra dengan cepat menahan keduanya.

"Bentar dong, aku mau tanya, nunggu kelas sepi." Pinta Zahra yang di balas dengan keduanya yang duduk kembali. Setelah kelas benar-benar sepi.  "Aku lagi bingung." Lanjut Zahra.

"Kenapa hmm?"tanya Risha.

"Aku,," balas Zahra. Ia menghentikan kalimatnya, menghela nafas dan menundukkan kepalanya.

"Anti lagi bingungkan, si Attar atau ust Aksa." tebak Risha.

Zahra mengangkat kepalanya. Ia menghela nafas lagi.

"Aku bingung, aku lagi suka banget sama ust. Aksa. tapi,, Attar.." keluh Zahra.

"Bangunglah Zah, anti lemah banget ya masalah ikhwan" tegur Risha.

Zahra tersenyum kecut.

"Kalau anti suka dia, jangan simpan dia dalam hati, karna sifat hati terbolak-balik. do'akan saja, Karna do'a sifatnya tetap." Nasehat Bintang membuat keduanya terdiam.

"Baca di mana anti?" Tanya Zahra.

"Aku buatlah, ya kali baca" bela Bintang.

"Jarang-jarang ngomong banyak." Ucap Risha. Bintang hanya terkekeh pelan.

"Udah yuk, qolilullah -tidur siang sebelum atau sesudah sholat dhuhur dulu. Nanti di bahas lagi. " ajak Zahra yang terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Ketiganya keluar dari kelas dan segera menuju hujroh -kamar.




                                _o0o_   




Bintang berjalan menuju kelas, ada barang yang tertinggal. Sudah di atas pukul sepuluh, sudah sepi. Bintang berjalan sendiri ke kelas, tapi anehnya lampu kelas masih menyala, biasanya pukul sembilan semua lampu harus di matikan.

Bintang segera membuka pintu. Ia mendapati seseorang sedang meletakkan kepalanya di atas meja. Al qur'annya tergeletak di atas meja dan di biarkan terbuka. Terlihat jelas ia ketiduran.

Sejenak Bintang melupakan apa yang membuatnya datang ke kelas. Ia mengahampiri santri tersebut dan menepuk bahunya.

"Ukhti,, bangun,,, " ujar Bintang

"Ahh,, Bintang, jam berapa ini.?"tanyanya dengan suara serak. Ternyata Lana.

"Jam 10 lebih," jawab Bintang.

"Sejak kapan di sini? Isti'dad-persiapan ?"Tanya Bintang yang sudah duduk di dekat Lana.

"Ba'da isya, iya" jawab Lana sembari menyenderkan punggungnya di punggung kursi. Terlihat sangat lelah.

"Ayo balik" ajak Bintang.

"Bentar Bin, mau dengerin ceritaku bentar?keknya kepalaku udah penuh banget nih." Pinta Lana yang di balas angguka  oleh Bintang. "Si Sabrin udah mau kelar ya?" Tanya Lana.

Bintang mengiyakan. Sabrin adalah santri angkatan kami dengan jumlah hafalan paling banyak.

"Padahal kita masuk bareng, tapi dia cepet banget sih.."

"Jadi, kamu galau gara-gara kalah dari Sabrina?" Tanya Bintang.

"Anti juga dah nyusul kita." Lanjut Lana.

"Hei Lan, menghafal itu bukan siapa cepat dia hebat, tapi siapa istiqomah, dia hebat." Jelas Bintang.

Lana tersenyum.

"Mau ku ceritakan tentang hal hebat yang membuatku semakin cinta al qur'an?"tawar Lana. Bintang mengangguk. Ia tidak sebanyam Lana dalam hal kisah teladan. "Namanya Ar Rumaisho' Anwari, kami biasa memanggilnya Ai, dia temanku di pesantren sebelum ini. " kisah Lana.

"Dia itu, buta, tapi semangatnya, di atas rata-rata. Kau tau? Dia bisa tidak tidur semalaman hanya untuk murojaah. Bukan ziyadah. 80% waktu tahfidz hanya untuk murojaah, dia hanya ziyadah di sisanya. Katanya, ziyadah itu mudah, yang sulit murojaah. " Lana membenarkan duduknya yang kurang nyaman.

"Kalau di tanya, apa ia tidak lelah, katanya, bagaimana dia lelah sedangkan Allah tidak pernah lelah dalam memberiku kesempatan dan kenikmatan untuk hidup." Lanjut Lana. Bintang terenyuh. Ia harusnya bersyukur. Sepertinya Lana tidak tau Bintang pernah tak bisa melihat dunia.

"Masih banyak kisah lain Bin, tapi ini dah malem, besok-besok lagi ya." Ujar Lana tersenyum. Lalu mengajak Bintang untuk pergi.












Cinta Dalam Mihrab Taat  (⚠TELAH TERBIT⚠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang