11. Kesalahan

2.8K 422 5
                                    





Hari terus bergulir. Sudah seminggu sejak khataman Sabrina. Semua berjalan sesuai kebiasaan santri. Setiap pagi di mulai dengan halaqoh (sekelompok orang yang sudah di tetapkan)  ba'da shubuh dimushola. Berjama'ah. Lalu persiapan berangkat ke sekolah. Pukul 06:55 semua santri wajib berkumpul di halaman depan kantor. Setelah itu, pukul 07:00 marosim harus sudah di mulai. Dan setelah marosim, akan di lanjutkan dengan halaqoh dhuha. (Berkumpul bersama halaqoh di waktu dhuha)

"Bin," panggil Zahra yang sedang menunggu waktu halaqoh dhuha di dekat tempat halaqohku. Kebetulan tempat halaqoh Zahra berada di depan kelas dua yang berada di sebelah kelas tiga.

Aku menoleh.

"Aminah setor terakhir hari ini."

Zahra melepar kerikil ke dalam kolam.

"Oh ya?, MasyaAllahlah, Alhamdulillahlah." Jawabku.

'Bak'

Zahra memukul lenganku. Aku meringis.

"Anti tuh, bukan itu maksudku."

"Terus?" Tanyaku lagi.

"Walaupun aku ga pernah punya masalah sama dia yah, aku tetep kesel, lagian dia tuh, suka banget gangguin anti." Keluh Zahra.

Aku terkekeh "aku aja ga kesel Zah."

"Anti sii, lapang dada." Ujar Zahra.

"Berarti anti sempit dada" balasku. Zahra tersenyum kecut.

"Ghibah ya. " suara bariton laki-laki di belakang kami membuat kami terdiam. Saling menatap dan meringis malu.

Zahra segera bangkit dan menuduk. Ia pergi menuju tempat halaqohnya. Us. Rana sebagai musyrifah halaqoh Zahra belum datang.

Aku merapikan dudukku. Malu. Tentu saja. Alhamdulillah, ada satir di antara kami, aku tidak bisa membayangkan ust. Rakha melihat wajahku yang sudah merona karena malu.

"Bismillah, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh." Salam ust. Rakha.

Kami menjawab salam dengan serempak.

"Baiklah, kita mulai saja. Silahkan setoran." Ujar ust. Rakha.

'Brakk!!' Suara seseorang menggebrak meja. Di jam seperti ini. Semua orang tau bahwa yang melakukan adalah us. Rana. Ustadzah super killer yang humoris.

"Mana sopan santun kalian pada seorang ustadz?!" Tanya us. Rana dengan nada di atas rata-rata. Sepertinya sangat kesal.

Aku taku bisa siapa yang sedang berbicara dengan us. Rana. Pandanganku terhalang oleh satir.

"Masuk kelas. Kita bicara di dalam!!" Perintah us. Rana. Halaqohku mulai berisik. Ust. Rakha terdengar berdecak. "Naura, Aminah, siapa suruh masih duduk di situ?" Suara us. Rana membuat hampir seluruh halaqoh menatap ke arah teras kelas dua.

"Kalian mau ikut masuk juga?" Tanya ust. Rakha dingin. Biasanya tidak sedingin itu. Pikirku.

Setelah us. Rana masuk bersama Aminah dan kak Naura. Tak terdengar lagi bentakan us. Rana. Hanya sayup-sayup orang yang sedang berbincang.

'Brakk' suara itu terdengar lagi. Kadang aku kasihan dengan meja yang pukul oleh us. Rana.

"Kalian itu penghafal qur'an. Harusnya kalian malu!" Bentak us. Rana. Menyeramkan. Ditambah lagi wajah dinginnya yang jarang tersenyum. "Berapa hafalan kalian?" Tanya us. Rana lagi.

"Ga ada sangkut pautnya sama hafalan us.." jawab Aminah.

"Ada, jelas ada. " bantah us. Rana. "Semakin banyak hafalan kalian harusnya kalian semakin tau diri jika bermaksiat. Bukan malah bangga. " laniut us. Rana.

"Tapi us-," kak Naura ingun menjawab. Tapi di putus oleh us. Rana.

"Apa? Kau juga Naura. Harusnya kau mencontohkan yang baik. Bukan begini.  Bangga memfitnah ust. Sendiri?" Tanya us. Rana kasat.

Keduanya menggeleng.

"Kalian suka dengan ust. Rakha, hah?"  Tamya us. Rana lagi. Telak. Banyak santri yang mendengar. Terutama aku. Dan halqohku yang lain. Ust. Rakha terdengar menghela nafas beberapa kali.

"Ayo setoran. Kalau tidak ada. Saya pergi." Ancam ust. Rakha

"Tunggu ustadz." Aku menahan ustadz dan segera mendekat ke arah satir. Memberikan mushafku kepada ustadz dan segera menyetorkan hafalanku.

"Sudah?" Tanya ustadz.

"Sudah tadz."jawabku.

Beberapa saat ustadz dan kami terdiam. Ust. Rakha sedang mencatat pencapaian ku pagi ini di mutaba'ah.

Setelah selesai. Ustadz memberikan mushafku kembali.

Aku berjalan mundur. Kembali ke tempatku. Lalu membuka mushafku lagi untuk murojaah. Aku mengernyitkan dahiku ketika secarik kertas terjatuh dari mushafku.

Bersamaan denga itu us. Rana bersama Aminah dan kak Naura keluar kelas. Setelah us. Rana meminta Aminah dan Naura datang ke kantor ustadzah setelah halaqoh untuk bertemu dengan us. Aisyah selaku kesantrian.

Aku meraih kertas tadi.

"Datang ke kantor nanti sore. Temui saya di sana. Ada yang perlu kita bicarakan."
-FRR

Ust. Rakha? Untuk apa.



















Karna banyak yang request jadi ku ganti aja😅

Karna banyak yang request jadi ku ganti aja😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ust. Rakha

Bayangin aja penampilannya kek ust😅

Cinta Dalam Mihrab Taat  (⚠TELAH TERBIT⚠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang