31 - Genuinely Sorry

115 19 1
                                    

Happy reading^^

•••

|Aeera|


Gue terus menggeleng tidak percaya. Tidak mungkin kalau Kak Nau itu adalah Tante Naura ... mamanya Cakra.

Bagaimana bisa? Ternyata selama ini jawaban atas pertanyaan gue sangat dekat. Gue tidak perlu jauh-jauh pergi ke Jogja untuk bertanya dan mencari tahu tentang masa lalu mama Ilona. Jawaban itu justru ada di dekat gue, tepat di seberang rumah, mama Cakra selama ini rupanya tau tentang gue, bahkan tentang mama Ilona. Bagaimana bisa dia menyembunyikan semuanya dari gue? Kenapa dia berbohong?

Gue membekap mulut supaya suara tangisan ini tidak terdengar sampai luar. Baru kemarin malam Ramon mengaku telah membohongi gue, sekarang mama Cakra pun melakukan hal yang sama? Mau sampai berapa kali lagi gue dibohongi begini? Oleh orang terdekat pula.

Drrt drrtt

Ponsel gue bergetar, tanda ada yang menelpon. Nama Cakra tertera di layar, membuat gue bimbang harus menjawab atau tidak. Selama ini gue selalu menumpahkan cerita apapun pada Cakra, tidak ada yang ditutupi. Cakra sudah seperti abang gue, lebih dari sekedar sahabat, kami tumbuh bersama sejak kecil. Apa Cakra tau kalau mamanya adalah mantan manajer mama gue? Apa selama ini Cakra tau tentang pertemanan mama kami?

Gue harap tidak, semoga Cakra tidak tahu. Please, jangan lagi. Jangan ada yang membohongi gue lagi. Rasanya sangat sakit di sini, tepat di dada, seperti ada yang sengaja meremasnya sampai lebur.

Panggilan itu tidak gue jawab. Setelah Cakra menelpon, giliran Daru yang menghubungi. Kali ini sama gue tidak mengangkat telpon dia, tapi gue mengirim pesan padanya.

Me : Ada apa?

Endaru : Jawab telpon gue!

Me : Ga

Endaru : Lo kenapa? Dimana? Si Cakra terus nanyain lo, ganggu banget

Me : Gue di Jogja. Jangan ganggu!

Endaru : WHATTTT? Gimana ceritanya lo bisa di Jogja? Kemarin malem bukannya lo mau jalan-jalan aja, malam mingguan sendiri? Gimana lo bisa tiba-tiba nyasar ke sana?

Endaru : AEEERA! Jawab telpon gue

Endaru : Woyyyy

Dan banyak lagi pesan spam dari cowok itu. Gue tidak mau menjawab telpon siapapun, apalagi dalam keadaan menangis. Gue juga tidak peduli kalau Cakra terus menghubungi Daru untuk menanyai gue, yang penting gue udah bilang kalau ada di Jogja. Saat ini gue sedang tidak ingin diganggu, tidak ingin direcoki oleh siapapun. Hal yang saat ini gue butuhkan hanya ketenangan dan keheningan. Dua hal itu membantu banyak, membuat gue tenang dan menjernihkan pikiran.

Oke, jangan terlalu larut dalam keterpurukan. Saatnya berpikir dan menentukan langkah. Gue harus pulang malam ini juga, bukan karena besok senin dan gue sekolah, tapi karena gue harus cepat-cepat bertemu mama Cakra, membahas hal ini. Gue ingin tahu apa yang terjadi di antara mama Ilona dan Tante Naura.

Gue membereskan kotak berdebu itu, menyimpannya di tempat semula lalu keluar kamar dan mencari eyang.

"Eyaaanggg." Gue berteriak, memanggil.

"Di halaman belakang, sayang." Eyang balas memanggil. Gue bergegas menuju halaman belakang. Empat orang yang sudah berumur itu sedang duduk santai ditemani cangkir teh. Mereka menatap heran setengah khawatir.

"Kamu kenapa Aeera? Apa kamu habis menangis?" tanya Oma yang buru-buru mendekati gue, merangkul pundak kemudian dituntun untuk duduk di salah satu kursi.

You Are Brave [END]Where stories live. Discover now