01 - Care

812 61 10
                                    

Hi, there!
Apa kabar kamu hari ini? Lebih baik dari hari kemarin, kan? Saya harap jawabannya, iya.

Okay, hari ini balik lagi nih sama kisahnya Aeera. Mungkin bagi beberapa orang, masalah tentang 'dibanding-bandingin' itu jadul banget, ya, kolot. Emang masih ada orang tua yang suka banding-bandingin anaknya?

Sekarang tuh zamannya udah semakin modern, begitupun dengan pola pikir. Setiap manusia spesial dan unik karena dia cuma ada satu, nggak ada yang benar-benar persis. Nah, buat apa dibanding-bandingkan, di-pukul-rata dengan standar semua orang harus begini-begitu..

Tapi, kasus seperti ini tentu saja masih ada. Saya dulu pun selalu dibandingkan dengan kakak saya 🤣🤭😪 jujur rasanya memang memuakkan, tapi nggak berani ngelawan, apalagi ngajak debat ortu☹️ beruntung, sekarang sudah berdamai✌️🤝

Nah, semoga cerita Aeera ini membawa sedikit perubahan tentang cara pandang orang-orang yang masih suka membanding-bandingkan.

Btw, bab ini masih perkenalan. So yeah, happy reading^^

•••

|Aeera Alsava|

Seorang pria berdiri di atas panggung, mempresentasikan produk perusahannya. Ruangan itu agak gelap, lampu sorot mengarah pada panggung membuat fokus audiens hanya tertuju padanya. Dua layar komputer masih menunjukkan presentasi, pria itu pun masih dengan bangga berbicara banyak hal. Sampai kejutan tiba, dua layar komputer itu berganti menampilkan sebuah video. Semua audiens berseru bingung, sedangkan pria itu menggeram marah.

Tepat di belakang, di bangku paling atas, seorang pria dan wanita tengah tersenyum puas menyaksikan pertunjukan di depannya. Si pria menginginkan pertunjukan yang lebih seru. Dia mulai menghitung mundur. Lima ... empat ... tiga ... dua ... satu. Pria itu menjentikkan jari dan ....

Byurr

Cairan merah yang merupakan darah babi mengucur deras pada pria yang berdiri di atas panggung.

"Fokus amat, sih, lo." Tepukan di pundak membuat atensi gue berpaling dari drama korea yang sedang ditonton. "Mending balik sana."

Gue mendelik, orang itu tidak cukup menganggu kini malah seenaknya mengusir. Abaikan, drama korea tentang mafia yang sedang gue tonton sebentar lagi selesai. Gue dibuat gemes pengin segera menonton episode selanjutnya. Namun orang yang tadi menganggu gue lagi-lagi menyuruh segera pulang.

Dia Cakra, tetangga yang hobi mengusir gue dari rumahnya, seolah gue ini serangga yang susah disingkirkan.

"Lo tuh kecoa yang udah berkali-kali diusir malah datang lagi datang lagi," ucapnya pada suatu hari.

Menyebalkan memang, kenapa gue yang cantik jelita ini harus disamakan dengan kecoa?! Kenapa nggak disamakan dengan aktris Korea, atau paling tidak sama model Miss Indonesia yang cantik dan pintar?!

Tapi gue selalu tahu, sesebal apapun Cakra dia tidak pernah benar-benar kesal pada gue. Atau ketika dia ngotot nyuruh gue pulang, itu bukan karena dia betulan mengusir gue. Cakra itu salah satu orang yang baik ke gue. Ya jelas dong, gue sama dia sudah berteman sejak kecil, sudah sangat akrab. Gue merasa punya kembaran kalau ada dia. Sst, jangan sampai Cakra mendengar hal ini, dijamin dia akan menolak mentah-mentah gagasan tentang gue yang adalah kembaran dirinya.

Konon, Cakra ogah punya kembaran seperti gue. Tapi sebenarnya dia hanya pura-pura saja, cowok memang begitu, tidak mau mengaku, gengsi.

"Heh, buruan pulang sono."

You Are Brave [END]Where stories live. Discover now