28 - About Anjani

101 18 0
                                    

Yuk, vote dulu:)
Happy reading^^

•••



|Ramon|



Gue menghentikan motor di parkiran salah satu kafe. Di lihat dari luar suasana kafe cukup ramai, mungkin efek malam minggu juga. Tempat ini akan menjadi tempat pertemuan gue dengan Anjani. Cewek itu sudah menunggu lama, gue bergegas memasuki kafe, menatap sekeliling. Well, gue nggak tahu wajahnya seperti apa sebab ini pertemuan pertama kami. Dia hanya memberitahu bahwa dia memakai baju sweater berwarna pink.

Mata gue jatuh pada cewek berambut panjang yang duduk sendirian, pakaiannya berwarna pink. Tanpa pikir panjang, gue menghampiri meja cewek itu.

"Anjani?" tanya gue, dia mendongak lalu mengangguk. Gue menghembuskan napas lega, menarik kursi di depannya. "Sorry, telat."

"Kesan pertama yang jelek," ucap Anjani santai, dia bersandar di kursinya, menatap gue dengan dagu terangkat sedikit.

Entah kenapa, gue merasa Anjani lebih menyebalkan daripada Aeera. Selain itu dia juga terlihat angkuh, tipe perempuan yang sangat berambisi dan selalu ingin menang.

"Well, it's up to you. Gue nggak berhak komentar soal persepsi lo."

Anjani memutar bola matanya. "Gue merelakan waktu belajar bukan untuk nungguin lo yang telat. Jadi, lo mau bicara apa?"

"Wait, seriously lo belajar malam minggu gini?"

"Pertanyaan lo udah kayak si Aeera aja, dia juga selalu protes kalau liat gue belajar di malam minggu. Padahal apa sih yang salah dari itu?"

"Nggak ada yang salah sih, tapi menurut gue lo kelewat rajin." Pasti Aeera memikirkan hal yang sama seperti gue. Ternyata sifat keduanya memang sangat bertolak belakang. "Kita pesan makanan atau minuman dulu aja."

Anjani mengangguk, dia mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. Ketika mengangkat tangan, lengan sweater nya turun, menampilkan lengan putih Anjani. Tapi bukan itu yang menarik perhatian, gue sekilas melihat beberapa luka sayatan di sana. Meskipun selintas, gue yakin tidak salah lihat. Kenapa cewek itu punya luka sayatan? Siapa yang melakukannya? Tidak mungkin ayah dan bundanya, gue tahu jelas mereka sangat menyayangi Anjani sampai melupakan Aeera. Dan tidak mungkin juga Aeera, gue yakin sebenci apapun dia pada Anjani, tidak mungkin Aeera melukai adiknya.

"Bisakah lo berhenti melamun dan mulai bicara?" Suara Anjani membuat lamunan gue buyar seketika.

Gue berdehem sebelum menjawab. "Gue ajak lo ketemuan buat kenalan aja sih. By the way, lo serius setuju soal perjodohan?"

"Apa gue dikasih pilihan buat menolak?" tanya Anjani sambil menyeruput minumannya yang baru saja tiba.

"Kenapa engga?"

"Hm, gue terserah ayah aja."

"Nggak punya pendirian," cibir gue.

"Gue bukan Aeera si tukang membangkang."

"Aeera bukan pembangkang, dia hanya menyuarakan apa kata hati dia. Kalau nggak mau ya dia pasti nolak. Dia tipe orang yang nggak akan menjalani hal yang dia benci."

"Lo bela dia karena kalian pacaran?"

"Nggak juga, omong-omong kami udah putus."

Anjani menaikkan satu alisnya. "Putus karena lo pilih gue?"

Gue tertawa mendengarnya. "Lo pengin gue pilih?" Bukannya menjawab, gue justru balik bertanya.

"Nggak juga, omong-omong laki-laki di dunia ini bukan lo doang." Dia meniru cara bicara gue, menyebalkan.

You Are Brave [END]Where stories live. Discover now