2nd Slice

129 24 0
                                    

Part ini adalah lanjutan dari 1st slice yaa:)

Kelak kalian akan tahu siapa sebenarnya Ilona dan Alta ini. Jadi nikmati aja ya, enjoy

Happy reading^^

•••

2nd Slice

•••

Serenade Cafe adalah tempat yang dipilih Alta untuk istirahat makan siang kali ini. Ah tidak, bahkan pria itu selalu memilih tempat ini jika memungkinkan. Misalnya ketika tidak ada rapat, acara ataupun urusan dadakan. Barista di kafe itu sampai hafal dengan muka Alta.

Lima minggu sudah berlalu sejak pertemuan Alta dengan perempuan bermata biru yang bahkan tidak diketahui namanya. Alta tentu ingat dengan janjinya yang akan mengganti minuman perempuan itu yang tertukar. Sebenarnya, bisa saja dia dengan mudah mencari identitas perempuan itu. Cukup sebutkan ciri-cirinya pada anak buah, maka dalam beberapa jam kemudian laporan mengenai perempuan itu sudah ada di mejanya. Semudah itu.

Tapi Alta tidak ingin menggunakan kekuasaannya, dia merasa pertemuan hari itu cocok disebut 'meet cute' dan Alta ingin membuatnya mengalir secara alami. Di hari ke 36 ini, Alta berharap bisa bertemu kembali dengan perempuan bermata biru itu. Sungguh, perempuan itu sukses mengambil semua fokusnya, ketika rapat yang ia ingat justru perempuan itu, ketika hendak tidur pun yang terlihat wajah elok perempuan itu.

Alta duduk di kursi bar, tepat di depan barista, posisi yang sama seperti hari itu. Alta sengaja duduk di sini agar perempuan itu tidak kebingungan jika kebetulan mampir ke kafe ini.

Sedangkan di sisi lain, Ilona tengah dibantu menghapus make up setelah pemotretan. Perempuan itu menyuruh pihak MUA agar lebih cepat, berseru tidak sabaran. Dan begitu selesai, dia bergerak rusuh menyambar pakaian semula lalu masuk ke ruang ganti. Kak Nau selaku manager sampai dibuat bingung dengan tingkah Ilona yang persis dikejar penagih hutang.

"Ilo, mau kemana?" tegur Kak Nau saat Ilona melintas di depannya.

"Mau ke Serenade Cafe, Ilo naik taksi aja, Kak. Bye."

Setelah tiga puluh menit perjalanan, perempuan itu sampai di tempat tujuan. Sepasang mata biru di balik kacamata hitam itu memindai sekitar, mencari satu wajah yang selalu terngiang di otaknya. Ilona selalu menyempatkan datang ke kafe ini jika tidak sedang sibuk, berharap agar bertemu dengan pria itu. Sayangnya, setelah lima minggu berlalu, mereka belum juga bertemu kembali. Di hari ke 36 ini Ilona berharap bisa bertemu kembali dengan pria itu.

Ilona melangkah anggun ke kursi bar di depan meja barista. Ada lima kursi di sana, dua kursi sudah terisi oleh sepasang remaja yang tengah kasmaran. Ilona mendesah gamang, pria itu tidak ada di kafe ini. Harapannya terkuras sedikit demi sedikit, apa mungkin mereka tidak akan bertemu lagi?

Ilona berbalik badan hendak pergi ketika mendadak seseorang menepuk bahunya. Perempuan itu menoleh lantas senyumnya merekah.

"Hai." Pria itu menyapa, tersenyum lebar sampai matanya menyipit. Detik itu, Ilona tahu bahwa dirinya tidak galau seorang diri. Dan detik itu pula Alta tahu, dia bukan satu-satunya orang yang berharap akan pertemuan ini.

Tadinya, setelah meneguk satu gelas kopi Alta akan kembali ke kantor. Dia rasa hari ini cukup sampai di sini saja, perempuan bermata biru itu sama sekali tidak terlihat. Tetapi, hati Alta mengabaikan perintah otaknya untuk pergi. Sebaliknya, hati Alta mendesak agar menunggu beberapa menit lagi. Tiga puluh menit berlalu dan dia masih enggan pergi, Alta yang merasa tampilannya sedikit berantakan memutuskan untuk ke toilet sekedar cuci muka dan merapikan diri. Begitu kembali, dia dikejutkan dengan kehadiran perempuan bermata biru itu. Saat perempuan itu berbalik, Alta tanpa ragu langsung menepuk pundaknya dan menyapa, "Hai."

Kini keduanya duduk di meja pojok, merasa butuh privasi hingga menolak duduk di kursi bar depan meja barista. Sesuai janji Alta dan Ilona lima minggu lalu, mereka pun saling mentraktir. Alta memesankan minuman Ilona begitupun sebaliknya.

"Jadi, bolehkah kita berkenalan?" Alta memulai pembicaraan selagi menunggu pesanan.

"Tentu, namaku Ilo, Ilona."

"Aku Alta, cukup panggil Al. Senang bertemu denganmu lagi."

"Kukira hanya aku yang senang."

Alta menggeleng tegas, tentu saja menolak pemikiran Ilona. Di sini mungkin dialah yang paling senang, atau rasa senang keduanya malah sama besar.

"Nah Ilo, apa kegiatanmu sehari-hari?"

"Um, aku hanya seorang model pendatang baru," jawabnya sambil meringis. "Dan kamu?"

"Wah hebat, ternyata kamu seorang model. Kalau aku ... hanya seorang pebisnis pemula."

"Keren, tapi aku tidak percaya kamu seorang pemula. Sepertinya kamu pengusaha yang sangat hebat."

Alta tertawa, melambaikan tangannya. Mereka kemudian berganti topik menjadi lebih ringan, membahas seputar hobi dan kegemaran lain. Ilona sesekali tertawa mendengar lelucon Alta, dan Alta dibuat terpana dengan tawa renyah Ilona.

"Apa setelah ini akan ada pertemuan ketiga?" tanya Alta.

Ilona mengetuk dagunya sambil mendongak, berpose seolah sedang berpikir keras. Alta di depannya berharap-harap cemas. "Tentu saja harus ada pertemuan ketiga, keempat dan seterusnya."

•••

Jangan lupa vote dan komen yaaa:)
Thank you

Follow 👇👇
Wp: Reirin_
Ig: reirin2018

You Are Brave [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu