17 - The Last Struggle

97 15 0
                                    

Vote dulu yaa:)
Happy reading^^

•••

|Aeera|

Kelas dua belas sudah mulai memasuki masa sibuk, sudah saatnya tampuk kepemimpinan ekskul karate diserahkan pada anak kelas sebelas. Pertemuan kali ini digunakan untuk pemilihan ketua dan wakil ketua ekskul karate, pertemuan berikutnya barulah acara serah terima jabatan secara resmi. Beberapa ekskul lain sudah berganti struktur organisasi, seperti ekskul basket yang sudah dari semester lalu mengadakan acara serah terima jabatan. Memang acara ini tidak dilaksanakan secara serentak setiap ekskul, melainkan bergantung pada keputusan tiap ekskul.

Gue setengah sadar ketika menceletuk ingin jadi ketua ekskul, kakak kelas menyuruh maju ke depan, promosi mengenai visi dan misi. Dan gue cuma bengong, mengedipkan mata berkali-kali, menyadari kebodohan gue. Tapi rasanya malu kalau mundur dan bilang "nggak jadi". Maka, mau tak mau gue maju ke depan sambil memikirkan kata-kata apa yang hendak disampaikan.

"Ekhem ... Salam kenal saya Aeera Alsava M dari kelas 11 IPA 3. Di sini saya mencalonkan diri sebagai ketua ekskul karate. Saya nggak akan menghabiskan waktu sepuluh menit, kesempatan berbicara di depan buat menjelaskan visi dan misi. Apa pula visi dan misi itu? Saya nggak tahu. Saya hanya mau bilang, saya nggak janji untuk mengembangkan ekskul ini, karena saya hanya membidik kenyamanan bersama. Buat apa ekskul ini berkembang jadi besar, memiliki puluhan anggota kalau semuanya saling berbenturan dan tidak kompak?

Lebih baik kita menjadi klub kecil tapi solid, kan? Dan soal kenyamanan bersama, kalian bilang saja ingin apa? Ingin mengganti pelatih ekskul? Boleh saja, akan saya usahakan."

Gue mengakhirinya dengan gurauan, beberapa anggota langsung tertawa, melirik Koko Sensei yang kini bermuka masam.

Setelah giliran gue, Jino dan Reza bergantian melakukan hal yang sama. Mereka melakukannya dengan benar, menyebut visi dan misi, nggak asal-asalan seperti gue. Hanya ada tiga kandidat, dan gue cewek satu-satunya.

"Oke saatnya voting."

Setengah jam kemudian dipakai untuk melakukan vote dan penghitungan suara. Gue harap-harap cemas antara ingin terpilih dan tidak. Jika terpilih sisi baiknya gue bisa sedikit menyombong pada ayah, bunda dan Anjani. Sisi buruknya gue akan punya tanggung jawab mengurus klub, sedikitnya bakal mengurangi waktu bercanda, juga mengikis kejailan-kejailan alamiah gue.

"Wah, gue nggak nyangka sama hasilnya," seru Koko Sensei yang mendapat kesempatan untuk melihat hasil voting, dia bahkan ikut menyumbang suara. "Biar saya aja yang umumkan." Gue sudah nggak aneh lagi jika gaya bicara Koko Sensei berubah-ubah, dia kan memang memiliki kepribadian ganda.

"Selamat untuk ... untuk Rejaaaaaa. Yeayyy lo jadi ketua, Ja."

Hati gue mencelos mendengar ucapan Koko Sensei, ternyata Reza yang terpilih. Rasanya ada yang aneh dengan diri gue, harusnya gue ikut senang dan mengikuti teman-teman lain yang mengucapkan selamat pada Reza. Tapi gue merasa sedikit ... kecewa.

"Masih ada kesempatan, Ae," bisik Reza yang sedari tadi memang berdiri di samping gue.

Kesempatan? Gue menoleh ke arahnya. "Kesempatan apa, Ja?" ikut berbisik. Jelas-jelas sudah tidak ada kesempatan untuk jadi ketua ekskul, kecuali Reza mengundurkan diri.

"Nah sekarang tinggal tersisa Aeera dan Jino, diantara mereka yang mendapat suara paling banyak otomatis akan jadi wakil ketua," kata Koko Sensei. "Dan wakil ketuanya adalah ... wah, gue nggak nyangka sih sumpah. Wakil ketua Reza adalah ... AEEERAAAA!"

HAHHHH?? Gue melongo, yang benar? Ini serius? Gue jadi wakil?

"Selamat Aira." Ucapan selamat dari Reza dan teman-teman lain tidak terlalu terdengar. Gue masih sibuk mengira-ngira ini sungguhan atau tidak, terlalu senang dengan fakta menjadi wakil ketua ekskul. Yeah, walaupun jadi wakil setidaknya gue punya jabatan di ekskul karate. Masih ada yang bisa dibanggakan pada ayah, bunda dan Anjani.

You Are Brave [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ