20 - Our Relationship

97 15 0
                                    

Happy reading^^

•••

|Ramon|



Gue pernah berada di situasi yang mengejutkan, rasanya selalu sama, kaget luar biasa sampai blank, tidak memikirkan apapun. Tapi, dari semua kejutan yang pernah bikin gue kaget, kejadian hari ini adalah yang paling bikin gue kaget sampai tidak bisa berkata-kata.

Pagi ini gue berangkat seperti biasa ke sekolah. Beberapa cewek memperhatikan, ragu-ragu menyapa ketika berpapasan di koridor. Gue tersenyum sekilas, berusaha menjadi ramah. Tiba di depan kelas, gue mengangkat sebelah alis bingung mendapati Aeera dan Cakra berdiri tepat menatap gue. Sepertinya mereka sedang menunggu gue.

"Hai, pagi," sapa gue ketika sudah berdiri di depan mereka. Cakra mengangguk singkat membalas sapaan gue, sedangkan Aeera cuma terdiam. Kejadian kemarin sudah pasti memengaruhi cewek itu.

"Kalau gitu gue masuk du-" Belum sempat memasuki kelas, Aeera lebih dulu memegang lengan gue.

"Tunggu!" serunya. Aneh sekali, bukannya dia tidak suka bersentuhan dengan lelaki lain selain Cakra? Kini dia malah dengan sendirinya memegang lengan gue. Tatapan cewek itu pada gue pun terlihat aneh.

"Lo ..." Aeera menjeda ucapannya, dia meraih tangan sebelah kanan gue. "Lo mau jadi pacar gue?" katanya dalam satu tarikan napas.

BOM!!

Inilah kejadian yang paling bikin gue kaget seumur hidup. Aeera. Baru saja. Nembak. Gue. Dan ini bukan mimpi! Cewek itu betulan mengajak berhubungan lebih dari sekedar teman, pacaran. Gue seakan ditarik ke dunia lain hingga cuma bisa mengerjap kaget. Semua kosa kata yang gue tahu seakan dihapus dari ingatan sampai tidak ada kalimat yang keluar untuk membalas ucapan Aeera. Gue terlalu kaget, bukan hanya gue, Cakra pun menganga tidak percaya. Gue tebak, dia tidak tahu dan tidak menyangka Aeera akan melakukan ini.

"Ae, lo apa-apaan, sih." Cakra berseru protes. Tapi Aeera mengabaikan, cewek itu hanya terus menatap tepat pada mata gue, seolah meminta jawaban segera.

Gue tersadar dari lamunan ketika Aeera sedikit mengguncang lengan gue. Sebelum menjawab, gue menghela napas panjang. Tentu gue tahu alasan Aeera tiba-tiba bersikap seperti ini, pasti ada hubungannya dengan hubungan bunda gue dan ayah Aeera. Ajakan pacaran ini jelas bukan karena masing-masing dari kami memiliki perasaan cinta dan saling menyukai. Gue memang tertarik dengan Aeera, oke ralat, gue mulai menyukai cewek ini. Namun rasanya salah jika gue memulai hubungan dengan didasari amarah pada orang tua.

Tapi baiklah, jika memang begini rencana Aeera untuk memberontak dan menghancurkan hubungan orang tua kami, mari dukung cewek itu.

"Nggak mau," jawab gue yang membuat Aeera terlonjak, Cakra diam-diam menghembuskan napas lega. Gue tersenyum miring. "Gue termasuk orang yang menganut gagasan bahwa cowok yang harus menyatakan cinta duluan, bukan sebaliknya."

"Gue suka sama lo Aeera. So, wanna be my girlfriend?"

Sekarang giliran gue yang menggenggam kedua tangannya. Kejadian ini disaksikan oleh banyak orang, karena memang banyak murid yang melintas, terus berdatangan sebelum bel masuk berbunyi.

"Of course, I want."

Cakra menggeram kesal, gue sampai sekarang masih tidak tahu gimana perasaan cowok itu pada Aeera. Tapi dilihat dari ekspresinya, tebakan gue pasti tidak meleset. Orang-orang yang melihat sontak menjerit tidak percaya, apalagi ketika Aeera bergerak maju memeluk gue. Suasana makin ramai dan dibalik kerumunan orang itu, gue melihat tiga teman Aeera yang menatap bingung. Juga melihat cowok dengan wajah datar yang tampak tidak peduli, tetapi kepalan tangan cowok itu tertangkap jelas oleh mata gue. Reza, lo kalah.

You Are Brave [END]Where stories live. Discover now