Chapter 4

21.9K 1.8K 15
                                    

Jangan lupa votenya yah 😊
Kita sama-sama saling mendukung
Saya menulis kalian membaca,
Dan dengan vote dari kalian bisa membuat kita lebih semangat buat nulis lagi.
Daann... Biar makin banyak yang lihat cerita ini 🤗
.
.
.
.
.
Happy reading



Zeline Kaluna

______________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

______________________________________

Setelah postinganku malam itu, Abidzar sekarang lebih berhati-hati dalam memposting sesuatu di Instagram. Syukurlah, kalau dia masih ada rasa malu. Tapi walaupun begitu, sesekali ia tetap membuat story tentang kata-kata bijak mengenai banyak hal, yang tetap mengarah sindiran. Tidak apa-apa, setidaknya ia tidak menyudutkanku secara terang-terangan lagi.

"Sarah, kamu temani aku nyari rumah yuk!"

"Lho? rumah yang lama emang kenapa?" Sarah yang tadinya sedang sibuk mengedit di laptopnya langsung fokus padaku.

"Gak kenapa-kenapa sih, cuman pengen pindah rumah saja" Sarah menatapku beberapa saat lalu tersenyum.

"Kamu atur aja waktunya kapan, aku bakalan bantuin kamu setiap saat" ucapnya dengan tersenyum lembut padaku.

Ah.., Sarah selalu begitu. Sangat baik dan selalu membantuku kapan pun aku mau. Padahal kami baru kenal beberapa tahun belakangan ini, tapi ia sudah seperti seorang saudara perempuan bagiku. Kami menjadi dekat karena sebuah bisnis. Kami berdua bekerjasama dalam sebuah brand fashion yang diberi nama Dress Zekal. Sebuah nama brand pakaian yang diambil dari singkatan namaku, Zeline Kaluna. Yang menjadi desainernya Sarah dan aku yang memodali untuk usaha kami ini dahulu.

Berkat kerja sama ini kami menjadi dekat, membahas bisnis bersama-sama, hangout bareng dan masih banyak lainnya.

" Emang kamu udah nentuin mau tinggal di daerah mana Lin?" aku mengangguk mengiyakan. " Kalau kamu udah nentuin lokasinya, kita tinggal mencari saja. Nanti aku minta bantuan temen aku saja, soalnya dia cukup tau daerah sana"

"Makasih banyak yah Sar, kamu selalu ada setiap kali aku butuh"

"Itulah namanya saudara Lin. Seorang saudara tidak akan membiarkan saudaranya kesusahan sedikitpun. Selagi aku masih bisa membantu maka akan aku bantu sebisa mungkin" mataku berkaca-kaca mendengar ucapannya. "Eit eit ... aku gak suka yah kalau kamu nangis lagi" peringat Sarah. "Aku sudah sering bilang kan kalau kamu jangan jadi wanita cengeng?. Kamu itu sudah menjadi seorang ibu, dan harus kuat demi Alwar, ingat itu!" lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk.

🥀🌹

"Bagaimana menurut kalian?" tanya Neandro, teman yang dimaksud Sarah waktu itu.

"Kalau menurutku sih lumayan bagus" ujar Sarah menimpali. "Lin?"

BEKASWhere stories live. Discover now