Chapter 21

13.9K 1.2K 11
                                    

Up lagi dong 😁

Siapin hati yah buat baca chapter ini, karena akan ada bagian dimana kalian harus merasakan sesak ketika membacanya.

Happy reading
______________________________________









Hari ini aku sudah bisa membawa Alwar pulang. Tanpa aku tahu, Sarah, Lami dan juga Neandro datang untuk membantuku membawa Alwar pulang. Padahal mereka tidak perlu repot-repot, karena aku sudah ada pengasuh Alwar yang membantu untuk berberes dan sopir untuk membawa kami pulang.

"Kalian kenapa datang kemari?" aku berkacak pinggang menatap ketiganya. Mereka-mereka ini susah sekali kalau aku kasih tau.

"Yah karena kita mau ngantar Alwar pulang lah" jawab Lami cuek. Ia mencubit pipi Alwar gemas.

"Aku kan bisa bawa Alwar pulang sendirian" kesalku. "Kamu juga," tunjukku pada Nean. "Kerjaan kamu gak terganggu emang?"

"Enggak tuh" jawabnya enteng.

"Udah sih Lin, biarin aja kenapa" sama dengan Lami dan Nean, Sarah juga tidak terlalu memusingkan dengan apa yang aku katakan.

"Aku tuh gak enak tahu sama kalian" aku memasukkan beberapa pakaian Alwar ke dalam tas. " Kalian tuh tiap hari datang kesini, aku takut buat kalian repot"

"Aelah Lin...., kita kita yang mau datang sendiri kok. Jadi gak usah sungkan begitu lah" Lami mengibaskan tangannya.

"Tau tuh" timpal Sarah. Aku mendengus melihat reaksi mereka. Mereka selalu begitu, membuat aku tidak enak karena kebaikan mereka.

"Alwar senang gak udah bisa pulang?"

"Seneng banget om! Alwar gak suka diam terus disini" adu Alwar pada Nean. Neandro terkekeh, ia mengacak rambut Alwar.

"Habis ini Alwar harus lebih hati-hati lagi yah. Jangan suka main di area tangga, biar gak jatuh kayak kemaren"

"Iya om"

Aku tersenyum mendengar interaksi Alwar dengan Nean. Aku tidak tahu kenapa anakku sangat menyukai lelaki itu, karena dia juga anakku sering lupa akan ayahnya.

Ah, bicara soal Abidzar, aku sedikit merasa kasihan padanya. Hingga saat ini, anaknya tetap tidak mau dia ajak bicara. Alwar selalu mengatupkan mulutnya rapat-rapat kalau Abidzar sudah datang dan menyapanya.

Soal Andin, ia kini dalam proses pemeriksaan. Aku tidak mau memberikan ampun walau sedikitpun. Tidak ada acara perdamaian, dia harus di jebloskan ke penjara untuk di beri pelajaran. Aku tidak perduli berapa lama ia akan ditahan, yang penting dia masuk sel, mau itu seminggu atau sebulan juga aku tidak akan protes.

🥀🌹

Tuhan.... jika memang ini yang Engkau kehendaki untuk hidupku, maka kuatkan iman dan hatiku. Aku takut akan menyalahkan atau yang paling fatal akan berpaling dariMu.

"Aku tidak akan menarik laporanku" jawabku dengan wajah pongah, melipat tangan di dada dan menatapnya nyalang.

"Tolong menurut dan lakukan saja apa yang saya perintahkan"

"Memangnya anda siapa bisa mengatur dan mengurusi hidup saya?"

Enak sekali. Semua orang berbondong-bondong ingin menyudutkanku. Tapi tenang saja, aku tidak akan mundur.

"Selagi saya minta dengan baik" ucapnya lagi. Aku menggeram pelan menatap wajah datarnya.

"Memangnya apa hak anda sehingga ikut campur dalam masalah saya?" seingatku dia sudah tidak perduli dengan kehidupanku.

BEKASWhere stories live. Discover now