Chapter 24

11.7K 1K 7
                                    

Selamat malam

Jangan lupa votenya yah, biar nambah semangat untuk up lagi

____________________________________




Kali ini, aku membawa serta Alwar ikut bekerja denganku, tidak lupa juga perawatnya. Bagai sebuah hiburan untuk para karyawan, mereka sesekali mengusili Alwar karena gemas akan dirinya yang selalu saja bertanya ini itu.

Sementara Alwar bermain dengan mbak dan juga karyawan lain, aku beserta sebagian karyawan mengemas barang yang akan dikirim pada sang pemesan. Akhir-akhir ini memang brand kami lagi hits di dunia maya. Semenjak aku bercerai dengan Abidzar, entah kenapa followers di Instagram ku semakin bertambah saja setiap harinya, mereka banyak kepo tentang kehidupan sehari-hari ku, termasuk juga dengan bisnis yang aku lakoni. Seperti halnya dengan bisnis pakaian yang aku dan Sarah kelola.

Permintaan dengan beberapa dress meningkat pesat, ditambah lagi brand kami itu sangat sedikit di produksi. Biasanya kami hanya membuat ratusan dalam satu model saja, lalu setelahnya membuat model lain dan berhenti memproduksi barang lama. Hal itu kami lakukan agar yang memiliki brand kami tidak banyak yang memakai.

"LIN!"

"Astaghfirullah!" aku mengelus dada ketika mendapati Sarah meneriaki namaku.

"Hehehe sorry Lin, aku kayaknya terlalu semangat " Sarah menggaruk tengkuknya yang aku yakini tidak gatal sama sekali.

Dia beringsut duduk lesehan di sampingku, menyengir lebar ketika aku memicingkan mata.

"Aku ada pelanggan baru, dan katanya mau ketemu sama kamu" bisiknya padaku.

"Oh ya? Mana?" tanyaku antusias. Biar bagaimanapun, aku harus menemui siapa saja pelanggan yang mau menemuiku ketika aku sedang ada di boutique.

"Ada di dalam sana" tunjuk Sarah pada ruangan tempat koleksi kami terpajang. Memang saat ini kami sedang berada di sebuah ruangan gudang penyimpanan stok barang.

"Yaudah ayo" aku bangkit dari duduk. Menepuk pantat agar tidak ada yang menempel di sana.

Sarah ikut berdiri, menggandeng tanganku dengan erat menuju ruangan sebelah. Aku sedikit ragu dengan tingkahnya sekarang, seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

"Ini orangnya Tante" seorang wanita paruh baya yang masih kelihatan sangat cantik diusianya saat ini menoleh padaku dan juga Sarah.

Sebuah senyum ia sunggingkan, lalu mendekat kearah kami dengan wajah berseri.

"Kenalin Lin, Tante Delisa. Maminya Neandro" aku membulatkan mata mendengarnya.

Aku tidak salah dengar bukan? Yang di hadapanku saat ini adalah ibunya Nean?

"Oh jadi ini yang namanya Zeline? Cantik yah Sar" aku mengerjapkan mata dua kali mendengar pujiannya.

"Iya Tan. Orangnya tetap cantik sama seperti yang di foto" aku masih memperhatikan interaksi keduanya di hadapanku.

"Lin?" tepukan lembut di bahu menarikku kembali dari alam lamunan.

"Iya Sar?"

"Disapa dong Tante Delisanya"

"Eh?. Hai Tante, saya Zeline, temannya Sarah" jawabku dengan canggung. Mengulurkan tangan untuk berjabat.

"Temannya Neandro juga Tan" sambung Sarah. Aku melotot sempurna, dan Sarah malah semakin cekikikan.

"Cantik yah orangnya" wajahku terasa panas saat mendapat pujian dari Tante Delisa.

"Tante jauh lebih cantik" balasku memuji. "Ayo Ten duduk dulu" aku membawa ibunya Nean untuk duduk di sofa yang memang di sediakan di dalam boutique.

BEKASWhere stories live. Discover now