Chapter 33

10K 1.1K 28
                                    

Persiapkan hati untuk membaca part ini

Karena untuk yang berhati lembut, bisa jadi kamu akan menangis bombay 😁

Silahkan membaca

______________________________________

Aku mengerjab beberapa kali mendengar ucapan Om Rehan.

"Siapa kamu? Berani sekali mengambil alih tugas yang aku berikan pada Zeline!" bantah nenek dengan cepat.

Om Rehan berdehem "Perkenalkan, saya Rehan Sabian, ayah dari Neandro Sabian"

"Aku sudah mendengar itu tadi, sekarang jelaskan apa maksud kalian datang kemari" potong nenek dengan tegas.

"Maksud kedatangan saya dan keluarga kesini untuk meminta restu kepada keluarga besar nak Zeline"

"Restu bagaimana maksudmu?" aku kaget saat mendengar ucapan papa. Aku pikir papa tidak mendengarkan percakapan ini, karena sejak tadi ia sibuk dengan hp nya.

"Jadi begini pak. Saya dan anak saya datang kesini untuk meminta restu kepada pihak keluarga, khususnya kepada bapak. Anak kami Neandro, berniat melamar Zeline untuk dijadikan istri"  terlihat kalau air muka papa berubah, namun ia cepat-cepat merubahnya.

"Oh begitu? Harusnya kalian tidak perlu repot-repot datang kesini untuk meminta restu kepada saya, karena saya bukan siapa-siapa dia lagi sekarang" tunjuk papa padaku. Aku makin menunduk dengan dalam, tidak berani menatap papa, tau betul kalau aku salah disini.

"Apa maksudmu kak?" tanya Om Syam dengan bingung. "Apa maksudmu kalau Zeline itu bukan siapa-siapa kamu lagi?"

"Aku sudah memutuskan hubungan dengannya sejak lama. Jadi, tidak perlu repot-repot meminta ijin padaku" ucap papa santai.

"OMONG KOSONG APA ITU!" Om Syam tidak terima. "Zeline itu anakmu kak, anak kamu satu-satunya! Jadi bagaimana pun ia tetaplah anak kamu" Om Syam benar-benar tidak terima dengan ucapan papa.

"Aku akan memiliki anak yang lain, jadi aku tidak butuh dirinya"

Buk

Sebuah pukulan melayang di wajah papa dengan telak. Nenek dan yang lainnya tidak ada yang berniat melerai. Bahkan semuanya seakan mendukung tentang apa yang Om Syam lakukan sekarang.

Aku tidak bisa diam lagi. Aku bangkit dari dudukku, mama dan Tante Aria mencoba menahanku, namun dengan cepat aku menepis keduanya.

"Pah...." panggilku lirih.

"Sebenarnya apa salahku pada papa? Sejak aku kecil, papa tidak pernah menganggap kalau aku ini ada. Apa karena aku ini anak perempuan, bukan anak laki-laki seperti yang papa mau, iya? Tapi ini bukan salah Zeline pah, ini sudah takdir Tuhan!" aku menghapus kasar air mataku.

Aku tidak asal bicara. Aku pernah mendengar cerita dari keluarga lain kalau papa dahulu tidak suka denganku karena jenis kelaminku. Dia menginginkan anak laki-laki, sementara aku adalah anak perempuan.

"Dulu juga, disaat aku baru lulus SMA. Papah menjodohkan aku dengan anak teman papah, aku tidak punya pilihan selain menerima, karena aku tau papah tidak mau penolakan. Semua aku lakuin biar papah melihat Zeline, tapi apa yang Zeline dapat? Nihil pah! Papah bahkan lebih menyayangi Abidzar daripada Zeline"

Aku menghapus air mata kembali, rasa sakit di hatiku semakin menjadi.

Emosiku juga mulai terpancing disaat menatap papa yang hanya menampakkan wajah datar, seperti tidak perduli dengan apa yang aku katakan.

BEKASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang