Chapter 23

12.3K 1K 5
                                    

Hai... Selamat malam dari saya 💚

Ada yang nungguin cerita ini up tydak?

Tapi mon maaf yah, part ini cukup pendek 😁

Silahkan dibaca
____________________________________



Minggu siang, seperti yang dijanjikan Neandro waktu itu. Dia datang untuk mengajak Alwar jalan-jalan.

"Om ganteng!" Alwar berlari menyambut kedatangan Nean, memeluk laki-laki itu ketika turun dari mobil.

"Hai anak ganteng, apa kabar?" Nean membawa Alwar ke dalam gendongannya. Tersenyum lebar menyambut pelukan hangat dari Alwar.

"Om kenapa lama benget baru main kesini?" bibir Alwar mengerucut lucu, hal itu membuat Nean gemas. Ia mencubit pipi Alwar.

"Maaf yah, om akhir-akhir ini lagi banyak kerjaan" Alwar mengangguk. Ia meminta agar diturunkan, Nean menurut saja, membiarkan Alwar berbuat sesukanya.

"Ayo om, kita masuk" Alwar menarik tangan Nean, membawanya masuk ke dalam rumah. Melewatiku begitu saja. Nean hanya menyengir lebar ketika bersitatap denganku.

"Kok gue dilupain...." nyanyiku mengikuti suara iklan di stasiun televisi.

Alwar menghentikan langkahnya, lalu menatapku.

"Eh lupa" di menepuk jidat, lalu menyengir.

"Mentang-mentang om ganteng udah datang, mamah dilupain" aku pura-pura manyun lalu membuang muka pada Alwar.

"Enggak mamah" ia melepas tangan Nean begitu saja, menghampiriku lalu memeluk lenganku erat.

"Mamah mau masuk ke kamar. Kamu main sama om ganteng saja" jelas saja Alwar menggeleng tegas.

"Alwar mau sama mamah, bukan sama om ganteng" matanya kini berkaca-kaca menatapku. "Om pulang aja yah" suruhnya pada Nean.

Aku menahan tawa ketika melihat ekspresi wajah Nean yang tidak terima dengan perkataan Alwar.

"Kok om malah disuruh pulang?" jelas Nean tidak terima.

"Iya, Alwar gak mau buat mamah sedih. Alwar mau main sama mamah aja"

"Aiihh gemesnya anak mamah" aku berjongkok lalu menciumi pipinya.

Puas memeluk dan mencium. Aku tersenyum lebar pada Alwar.

"Mamah gak marah kok. Kamu boleh main sama om Nean"

"Benaran mah?" tanya dia ragu.

"Iya sayang" anggukku kembali.

Awalnya kami akan pergi jalan-jalan seperti rencananya, namun alam sepertinya tidak setuju. Ketika akan berangkat, turun hujan dan cukup awet. Akhirnya kami memutuskan untuk diam di dalam rumah.

"Sia-sia banget kamu datang kesini" aku menyanggah dagu dengan tangan, menatap hujan dari jendela kaca.

"Kenapa bilang begitu?" Nean mengalihkan perhatiannya padaku.

"Iya. Padahal hari ini kamu mau ajak Alwar jalan-jalan" Nean terkekeh.

"Yah gapapa. Meskipun gak jadi jalan, setidaknya aku menghabiskan waktu bersama kalian"

Apa? Aku gak salah dengar kan?

"Jangan banyak bengong, nanti kesambet" lagi, aku dibuat membeku akan sikapnya. Barusan sebelum ia duduk kembali di lantai menemani Alwar, tangannya masih sempat mengacak rambutku.

Aku memegang kepala bekas yang ia pegang, tiba-tiba saja hawa panas menerpa wajahku.

Ah kenapa bisa panas begini? Padahal kan sedang hujan.

Aku membenamkan wajah dengan kedua telapak tangan. Merutuki aku yang lagi-lagi menyalahartikan perhatian Nean.

Bagaimana kalau ternyata sikap Nean yang seperti ini sudah menjadi kebiasaanya? Dia terbiasa bersikap baik dan hangat pada semua orang dan itu bukan cuma padaku dan juga anakku.

Ah, sadarlah Zeline! Jangan jatuh kedalam lubang yang sama. Kamu sudah pernah merasakan pahitnya mencintai seseorang dengan sangat, harusnya kamu belajar dan menilik setiap orang yang datang padamu.

Aku mengalihkan pandangan dari arah jendela pada area ruang santai. Di sana, Alwar dan Nean sibuk berbincang sambil memegang mobil-mobilan. Sesekali dahi Nean berkerut saat mendapat pertanyaan dari Alwar, lalu sesekali sudut bibirnya terangkat, menimbulkan senyum yang cukup lebar.

Jika ada orang lain yang melihat interaksi ini, maka mereka akan mengatakan kalau Alwar dan Nean adalah anak dan ayah.

Rasa tenangku kini berganti dengan gelisah. Akhir-akhir ini sikap Abidzar semakin dingin padaku, ia belum bisa memaafkan perihal nama baiknya yang tiba-tiba terjun bebas karena kasus Alwar. Belum lagi papa, ia semakin menjadi dan menunjukkan rasa tidak sukanya padaku secara terang-terangan di depan halayak banyak.

Dua hari yang lalu, aku secara tidak sengaja bertemu dengannya di sebuah restoran bersama dengan rekan bisnisnya. Ketika mereka menyapaku dengan hangat, papa malah sibuk dengan hp nya, mendiamkan aku seperti tidak mengenal saja.

"Mamah..." tarikan lembut di tanganku, membuat lamunanku seketika buyar. Mata bulat Alwar menatapku penuh harap.

"Iya sayang kenapa?" aku tersenyum lembut padanya.

"Ayo main bareng sama Alwar, jangan diam terus disini" aku menatapnya sebentar lalu melirik Nean. Sebuah cengiran ia berikan padaku ketika mata kami bertemu.

"Dengar tuh mah, jangan ngelamun terus. Ayo main bareng kita" mulutku menganga mendengar penuturan Nean.

Dia baru saja memanggilku mamah?

Astaga Zeline! Otakmu benar-benar sudah tidak beres. Jelas saja Nean mengatakan seperti itu, kan Alwar memanggilmu dengan sebutan mamah.

"Ayo mah~"

"Iya nak, iya" aku bangkit dari duduk. Mengikuti langkah Alwar yang menyeret paksa aku agar ikut bergabung dengan mereka.

🥀🌹

"Kamu sesuka itu sama om Nean nak?" aku mengelus rambut Alwar, hal yang selalu saja aku lakukan ketika ia akan tidur.

"Mmmm" angguknya antusias. "Om ganteng baik mah" ia menyengir lebar, mungkin memikirkan wajah om gantengnya.

"Gantengan mana sama ayah?" tanyaku usil.

Wajahnya seketika berubah, ada guratan tipis di dahinya. Kelihatan sekali sedang berpikir keras.

"Kayaknya gantengan ayah deh mah" jawabnya sedikit tidak yakin. Guratan di dahinya kembali terlihat, sepertinya menimbang kembali perkataannya.

"Iya gantengan ayah hehehe" aku terkekeh gemas melihat cengirannya. "Tapi walaupun begitu, om Nean tetap ganteng kok" jawabnya kemudian.

"Lah, sekarang yang betul yang mana nak? Om Nean apa ayah?" tanyaku lagi.

"Dua-duanya ganteng mamah" jawabnya sebal.

"Tapi kalau menurut mamah, keduanya gak terlalu ganteng" Alwar membulatkan matanya.

"Kok gitu?" pelototnya tak terima.

"Iya. Soalnya Alwar anak mamah yang paling ganteng sedunia" bibir yang mengerut kebawah tadi seketika berubah menjadi lengkungan keatas.

"Ih mamah~" buru-buru ia menenggelamkan wajahnya di dadaku. Malu ketika mendapat pujian.




Mmmm btw, aku lagi iseng up beberapa cerita yang sudah pernah aku publish namun di tarik kembali.

Kalau boleh minta, kalian bisa baca dan kasih komen tentang cerita tersebut. Judulnya ada "I'M NOT CINDERELLA" , "BUKAN SALAH TAKDIR"








Terima kasih

BEKASWhere stories live. Discover now