Chapter 41

9.8K 868 7
                                    

Malam, kalian pembaca setia Bekas 😍

Kali ini aku up nya cepat nih 😁

Udah pada nungguin aku up tidak?

Monggo di baca

______________________________________

Dari pertemuan dua keluarga, akhirnya diputuskan kalau aku dan Nean akan mengadakan acara lamaran Minggu depan. Kata nenek, tidak perlu terburu-buru untuk menikah. Apalagi Abidzar baru saja menikah. Nanti orang berpikiran kalau kami berdua sedang adu cepat untuk mendapatkan pasang baru.

Seluruh keluarga setuju, kecuali Nean. Dia musuh-musuh padaku dan kedua orang tuanya. Katanya ia sudah ingin cepat-cepat menikah denganku, tidak mau di tunda-tunda lagi.

Nean harus sampai berdebat dengan Maminya karena keputusan dari keluarga. Keduanya ribut di dalam mobil sewaktu kami akan pulang. Lucunya, bukan mengamuk seperti laki-laki yang lain, Nean malah merengek seperti anak kecil pada Maminya. Meminta agar acara pernikahan di percepat.

"Kamu kenapa sih bang! Ngebet banget deh perasaan mau nikah. Kebelet kawin kamu?"

"Hahaha" aku tertawa ketika mengingat kembali pertanyaan Tante Rani waktu itu. Dan Nean hanya cengengesan tidak jelas ketika ditanya.

"Sawan kamu Lin?" Sarah melempar pensil padaku. Wajahnya bergidik ketika melihat aku yang tiba-tiba tertawa.

"Sakit tau Sar" aku mengusap-usap jidat yang terkena lemparan olehnya.

"Habis kamu tiba-tiba ketawa. Kan aku ngeri lihatnya" Sarah merapatkan blezer miliknya, lalu menatapku dengan memicing.

"Aku masih waras Sar, jadi gak usah masang muka kayak gitu deh" kini gantian, aku yang melemparnya dengan pulpen.

"Terus kenapa kamu tiba-tiba ketawa tadi?"

"Aku cuma lagi inget kejadian lucu beberapa hari kemarin aja Sar" Sarah mengangkat alisnya. "Udalah gak usah dibahas. Intinya, aku datang kesini buat ngasih tau kalau Minggu depan aku bakal lamaran"

"Udah tau" cebik Sarah.

"Lho kok?" bingungku.

"Lupa kamu, kalau Nean itu masih sepupu jauh aku?" aku hanya ber oh ria.

"Yaudah deh. Aku pamit dulu, mau jemput anak ganteng sekolah" pamitku pada Sarah.

"Bawa Alwar kesini sesekali kenapa Lin. Aku udah rindu banget sama dia" pinta Sarah.

"Mmmm" gumamku. "Nanti aku usahain yah" Sarah mengangguk. Setelahnya aku pamit untuk menjemput Alwar.

🥀🌹

Sampainya di sekolah, Alwar masih belum keluar, mungkin sekitar lima belas menit lagi. Aku duduk di kursi depan ruangannya sambil membaca buku yang selalu aku bawa di dalam tas.

"Permisi bu" sapa seseorang padaku. Aku menutup buku lalu menatapnya.

"Kenapa yah?" tanyaku bingung.

"Ibu Zeline Kaluna bukan? Ibunya Alwar Desmon?"

"Iya kenapa yah?" aku memasukkan buku kembali ke dalam tas. Sedikit penasaran dengan wanita yang mengajakku berbincang saat ini.

"Hehehe gak ada sih. Cuman tadi belum yakin aja" jawabnya sungkan. Aku hanya membalasnya dengan senyum canggung.

"Tumben ibu yang jemput Alwar, biasanya orang lain"

BEKASWhere stories live. Discover now