Chapter 25

12.9K 1.1K 8
                                    

Selamat malam dan selamat membaca

______________________________________
Oh iya
Jangan
Lupa
Votenya
Please 🙏









Perlahan-lahan menata hidup. Itulah yang sedang aku lakukan saat ini. Mencoba menerima bahwa tak selamanya hidup bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Seperti aku, sedari kecil mencoba berbagai cara untuk bisa dilihat oleh ayahku sendiri, merelakan masa mudaku dengan menikah muda, menuruti semua keinginannya dalam hal apapun. Namun apa yang aku dapat? alih-alih dapat perhatian, malah kini semakin dibenci.

Biarlah, aku tidak bisa memaksakan untuk semua orang bisa menerima dan menyayangiku selama hidup. Biarkan mereka bertindak sesuka hati, aku akan fokus terhadap masa depanku dan juga masa depan Alwar.

"Ini kayaknya bagus benget deh Sar modelnya. Simpel tapi berkelas"

"Iya kan?" Sarah berucap dengan kegirangan. Wajahnya terlihat begitu bahagia ketika aku memuji design baju yang baru saja ia tunjukkan.

"Aku buat baju ini tuh penuh dengan penghayatan tau gak!" serunya semangat.

"Wah, benarkah?" aku tak kalah dengannya, memberikan senyum selebar mungkin untuk menghargai kerja kerasnya.

"Iya. Aku buat baju ini karena ingat kamu" aku menaikkan alis, kurang mengerti dengan apa yang ia ucapkan.

Lah apa hubungannya sama aku?

Ini kan baju, kenapa ada sangkut pautnya padaku?

"Ih...." Sarah menggeser posisi kertas berisikan desaign yang ia buat. "Aku buat baju ini karena teringat gaya fashion kamu. Selalu simpel namun tetap elegan, tidak menor tapi selalu enak dipandang mata" aku membulatkan mata. "Ih Zeline! kamu paham gak sih sama yang aku bilang?" tanyanya dengan mata memicing.

"Enggak" cengirku

"Au ah! sebal aku sama kamu"

Dia bergeser dan menjauh dariku, mengerucutkan bibirnya lalu tak lupa repetan kecil ia rapalkan dalam kondisi kesal padaku. Aku hanya bisa mengulum senyum melihat wajah masamnya.

"Makasih banyak lho yah, kamu udah buat baju karena terinspirasi dari aku" aku mendekat lalu menggenggam tangannya. Tak melupakan senyum lebar paling manis yang aku punya.

"Apa sih!" dengusnya. Ia masih berusaha sekuat mungkin untuk tetap cemberut walau bibirnya sudah berkedut hendak tersenyum.

"Kamu itu emang desainer yang paling keren dan kece. Produk ZEKAL gak bakalan bisa sesukses ini kalau bukan karena campur tangan kamu yang ajaib"

satu

dua

tiga

Sempurna!. Sudut bibir Sarah akhirnya melengkung membentuk senyuman. Memukul lenganku pelan lalu tersenyum lebar sebelum memelukku dengan erat.

Untuk sesaat kami berpelukan sambil tertawa, hingga pertanyaanya membuatku memekik kesal.

"Gimana hubungan kamu sama Nean?" bisiknya di telingaku.

"Apaan sih!" aku mendorongnya untuk melepas pelukan kami.

"Dih kok ngamuk?" pelotot Sarah.

"Orang kamu nanya yang enggak-enggak" sungutku.

"Yang enggak-enggak gimana? Aku itu bertanya soal kemajuan hubungan kalian lho, emang apa yang salah?"

"Ya-- gak papa" lidahku jadi keluh sendiri, kesusahan saat akan menjawab pertanyaan Sarah.

BEKASWhere stories live. Discover now