Chapter 51

13.7K 876 56
                                    

Ini sudah sebulan semenjak Nean terkena musibah. Kehamilanku juga sudah di ketahui oleh semua orang, bahkan kini usianya sudah menginjak 4 bulan. Aku memang telat mengetahui perihal kehamilanku. Pasalnya, di bulan ketiga baru sadar kalau aku sedang mengandung. Bukan tanpa sebab, karena setiap bulannya aku masih tetap kedatangan tamu bulanan, yah walau hanya flek saja.

Namun kata dokter, hal itu sudah menjadi umum. Bahkan, ada sebagian ibu hamil yang tetap menstruasi setiap bulannya, padahal ia sedang mengandung.

"Pelan-pelan mas"

Saat ini, aku dan Nean sedang ada di rumah sakit. Dia sedang melakukan terapi untuk bisa berjalan kembali. Kepalanya sudah sembuh, tinggal kakinya saja yang masih harus menunggu tahap.

Saat ini, ia sudah tidak duduk di kursi roda lagi. Sekarang sudah bisa berjalan menggunakan Kruk.

Saat mengetahui aku hamil, Nean senangnya luar biasa. Dia bahkan sampai mengadakan syukuran di rumah atas kabar bahagia tersebut.

"Semoga saja ini cepat berlalu ya Ze, agar nanti, disaat anak kita lahir; mas sudah bisa berjalan dengan normal lagi"

"Aamiin mas. Kamu harus semangat, biar bisa gendong anak kita nanti kalau dia rewel" ucapku dengan nada bercanda.

"Pasti sayang. Gak akan mas biarkan kamu susah sendirian. Kita akan merawat anak bersama-sama"

Inilah yang masih harus aku syukuri. Disaat kondisinya lagi down begini, Nean tetap berusaha membuat aku dan Alwar bahagia. Dia yang menguatkan aku agar tidak bersedih akan musibah yang menimpa dirinya.

🥀🌹

"Ayo pa semangat!" Heboh Alwar. Saat ini kami sedang bersantai di halaman rumah. Kemajuan Nean semakin pesat, walaupun beberapa bulan ini sempat down kembali. Dua bulan lalu, saat dirinya sudah mulai lancar berjalan, Nean malah tersandung oleh kakinya sendiri, karena kejadian itu, ia harus merelakan untuk bisa berjalan dengan secepatnya.

Tapi makin kesini, usahanya makin membuahkan hasil. Ia sudah bisa berjalan walau masih dengan langkah yang pelan. Tapi walaupun begitu, aku tetap bersyukur, karena Nean tidak pernah berputus asa sekalipun.

"Ah, capek Yank" Nean duduk di sampingku. Ia merebahkan badan dengan bersandar di bahuku.

"Istirahat dulu. Besok aja lanjutnya" ucapku sambil mengelus kepalanya.

"Besok mana bisa Yank. Kan kita besok harus ke acara peresmian mesjid" oh astaga! Aku hampir lupa dengan acara besok.

Hadiah yang ia berikan padaku diawal pernikahan waktu itu akhirnya rampung. Memang sedikit lama, karena sempat tertunda oleh beberapa hal saat membangun.

"Jangan bilang kamu lupa lagi Yank" geleng Nean, aku hanya bisa menyengir. Tebakannya memang benar, entah kenapa, beberapa minggu ini aku mudah sekali lupa. Mungkin karena usia kandunganku kali yah.

Kandunganku memang sudah masuk usia 9 bulan, bahkan kata dokter, seminggu lagi akan bisa melihat si anak bayi.

"Ini pasti gara-gara si dedek bayi nih" Nean mengelus perut besarku. "Jangan nakal yah dek, kasian mamahnya sayang. Mamah kamu sekarang buntel banget lho"

"Buntal buntel, gara-gara siapa coba aku bisa buntel begini?" Ucapku dengan bibir mengerucut.

"Hahahahaha. Walaupun buntel, tapi kamu tetap cantik kok Yank"

🥀🌹

Wasalamun a'lal mursalin, walhamdu lillahi rabbil alaamiin

BEKASWhere stories live. Discover now