Chapter 64 : Musuh atau Kawan?

7.4K 997 258
                                    

Pelayan itu pun pergi, Yiu kehilangan minat untuk memasuki alam mimpi. Ia memilih menyibukkan dirinya dengan merakit kembali beberapa senjata rahasia ciptaannya yang ia bawa beberapa kemari.

Menghabiskan malamnya untuk memikirkan strategi untuk menyerbu Bai Qing.

Ini bukan waktunya bersantai, bukan saatnya memikirkan hal yang tidak penting. Masih ada satu tugas besar yang harus ia selesaikan untuk keamanan dunia, untuk rakyatnya, dan keadian untuk Putri Ying.

Ia tidak boleh goyah oleh perasaan, perasaan hanya akan membawa petaka dalam perang.

Ia tidak ingin petaka karena perasaan kembali terulang kembali padanya, tidak untuk kedua kalinya.

♣♦♣

Mentari mulai menyebarkan sinar emasnya menembus seluruh penjuru daratan. Udara mulai menghangat dan burung-burung mulai berkicauan.

Hari itu mood Yiu sedikit buruk, ia tidak bisa tidur semalaman karena terus merasa terganggu oleh pikirannya yang mulai tertular kegilaan dari Wu Xiao.

Ditambah dengan sang kakak yang tiba-tiba menjadi aneh dalam waktu semalam. Ia menyuruh Jenderal Rong mengekor kemana pun ia pergi dengan dalih sebagai teman bicara dan bisa diandalkan kapan saja.

Yiu hanya mendengus kesal mendengar dalih penuh muslihat kakaknya itu. Lihatlah, sekarang siapa yang mulutnya sangat manis?!

Ia lalu meminta ijin pada Pangeran Wu Yu Chen yang tak sengaja bertemu di persimpangan lorong untuk berlatih memanah di lapangan kerajaan.

Ia menarik busurnya dengan kuat, melampiaskan rasa kesalnya pada anak panah yang melesat secepat kilat menembus sasaran kayu yang cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Di sampingnya, Wakil Jenderal Rong terus memperhatikannya seolah Yiu adalah hantu yang bisa dalam sedetik menghilang saat perhatiannya teralihkan.

Wakil Jenderal Rong bertugas untuk memberikan Yiu anak panah baru untuk dilesatkan.

Yiu sudah muak! Ia melemparkan busurnya ke tanah lalu berjalan sembari menghentakkan kakinya menuju sembarang arah. Merajuk layaknya anak kecil.

Jenderal Rong memunggut busur dan menaruh serta wadah anak panahnya di pinggir lapangan sebelum menyusul arah pergi Yiu.

"Putri, Anda ingin pergi kemana?"

"Ke Hongkong!"

Jenderal Rong mengernyitkan dahi sembari bergumam, "Hongkong? Tempat apa itu, Putri?"

Yiu menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Rong. "Itu tempat dimana aku bisa lepas dari penjagaan ketatmu!"

"Tetapi Pangeran Hwang memerintahkan saya untuk menemani Anda pergi kemana pun itu."

"Huh! Kamu itu wakil jenderal, kenapa mau sekali disuruh menjadi pengawal rendahan seperti ini. Dimana wibawamu?"

Jenderal Rong hanya menunduk, tak berani mengangkat wajahnya menghadapi Yiu. "Perintah atasan adalah hal mutlak yang harus dipenuhi segenap jiwa."

Yiu kembali mendengus dan membalas dengan nada sarkastik, "Sungguh prajurit yang sangat setia."

Yiu kemudian berjalan menuju taman dengan kolam ikan yang menjadi tempat favoritnya, walau pikirannya sedikit tercemar akan bayangan Wu Xiao mabuk yang lagi-lagi menghantui pikirannya.

Flower Of War (Slow Update)Where stories live. Discover now