Chapter 32 : To protect

95K 12K 6.1K
                                    

Pintu ruangan tempat dimana Winter dirawat pun terbuka— Carlos dan Polo memasuki ruangan dengan raut wajah datar sekaligus lega melihat Winter sudah siuman. Carlos tak dapat mengatakan apapun selain diam dan duduk di kursi tak jauh dari ranjang sementara Polo duduk di sisi yang lain. Dengan gerakannya yang masih terkesan lemah— akibat sisa-sisa anastesi— Winter berusaha untuk duduk menyandarkan punggungnya di ranjang.

"Andrès mengatakan bahwa kau akan pulih dalam dua hari." Carlos membuka suaranya."Ada sedikit tulang panggulmu yang retak. Tapi tidak apa-apa, dia sudah menanganinya."

Saat melihat Winter menjulurkan tangannya untuk mengambil air— Polo langsung datang membantunya.

"I have to go home today."

"Dengan kondisi seperti itu?" Nada berat Carlos terdengar dingin.

"Dimana Jared?"

"Kusuruh dia main golf dengan Andrès," Jawab Carlos."Nampaknya pria itu tidak pernah bersantai dan selalu tegang. Dia takut atau terlalu senang bekerja denganmu?"

Winter tidak menjawab, sesekali napasnya terputus-putus akibat rasa nyeri yang mulai terasa kembali di bagian pinggang dan perutnya.

"Biarkan dia bersantai sesekali. Biarkan dia punya pacar juga. Hidup terlalu singkat jika dihabiskan untuk bekerja dan bekerja."

Carlos berusaha untuk mencairkan suasana walaupun menantunya masih tidak terlihat tenang sama sekali. Beberapa waktu yang lalu Carlos sudah berbicara dengan Jared tentang kronologi penembakan yang terjadi pada Winter. Carlos sempat menyesal atas tindakan pria itu yang langsung menembak mati Ramires. Harusnya kan Carlos bisa menyiksanya lebih parah seperti menenggelamkan keparat itu di kolam buaya miliknya.

"Jadi kau sudah menikahi putriku." Kata Carlos namun Winter tidak melihat ke arahnya."Aku sudah mengetahuinya."

Winter masih tidak menjawab.

"Kau tau hari itu, saat kau meminta izinku untuk menikahi putriku? Jauh dari lubuk hatiku yang terdalam— aku merasa senang. Sangat amat senang ketika kubayangkan bahwa aku memiliki menantu sepertimu lalu memiliki cucu dengan marga Patlers di belakangnya. Ternyata sekarang aku paham kenapa dulu ayahku sangat terobsesi menikahkan Carla dengan Maxime. Klan kalian punya darah yang begitu kuat— tak terkalahkan. Turun temurun seperti itu, tidak peduli dengan siapapun kalian menikah tetap saja darah Patlers yang paling deras mengalir di nadi kalian."

Carlos menatap Winter lama— namun Winter terus menatap lurus ke depan.

"Tapi aku punya firasat buruk. Masa lalu mengajarkanku bahwa pernikahan antara Patlers dan Leonelle adalah mala petaka. Kita seperti magnet dengan kutub yang sama— tidak cocok disatukan." Carlos terkekeh pelan walaupun nadanya jelas serius."Itu adalah alasan kenapa aku tidak pernah merestuimu menjadi menantuku."

Suasana hening untuk sesaat dan hanya ada bunyi alat medis disana— Winter memalingkan wajahnya ke arah lain, asal tidak ke arah Carlos.

"Aku sudah menyiapkan calon suami untuk Maria. Namanya Rafael Fernandes, putra pertama Miguel Fernandes. Aku ingin menikahkan mereka saat Maria berusia dua puluh tahun— tepatnya tahun depan." Lalu Carlos diam sejenak sebelum ia melanjutkan."Dan harusnya malam itu kami mengadakan pertemuan keluarga tapi Maria menghilang. Kutanya pada Polo dan dia mengatakan Maria pergi camping. Dia pikir bisa membodohiku. Bedebah itu nyaris mati di tanganku."

Pandangan Winter mengarah pada Polo yang juga sedang menatapnya.

"Ya, aku benar-benar akan menembaknya jika dia tidak mau mengatakan yang sejujurnya tentang kepergian Maria. Terus terang aku sangat marah ketika Polo memberitahuku bahwa Maria sudah menikah denganmu. Kulampiaskan rasa takutku pada semuanya. Pada vas bunga, pada anak buahku dan pada diriku sendiri. Selama sebulan ini aku menunggu— bahkan sengaja datang untuk bertemu denganmu di New York tapi kau tidak menjelaskan apapun padaku selain bisnis kita. Hatiku terluka saat menyadari bahwa kau juga menganggapku bodoh. Lalu aku mencoba berpikir positif— bahwa kau tidak akan mengkhianatiku. Bahwa kau menyembunyikan pernikahan itu karena sesuatu hal. Aku tidak ingin berpikir buruk."

INTOXICATE DESIREWhere stories live. Discover now