Chapter 16 : A wife's service

120K 10.7K 2.3K
                                    

Kali ini tidak separah yang pertama sehingga Maria tidak membutuhkan rumah sakit. Kepalanya hanya terbentur traffic cone dan kakinya mungkin terkilir. Selebihnya hanya lecet-lecet, mungkin.

"Aku butuh air hangat dan kotak obat." Winter yang sedang menggendong Maria berkata pada Jared sambil melangkah memasuki rumah megahnya.

"Baik, sir."

Saat melewati ruang tengah, Maria sempat menciduk dua laki-laki yang baru saja keluar dari dapur dengan cangkir kopi di tangan mereka.

"Aku bisa berjalan." Kata Maria mencoba melengkungkan tubuhnya agar bisa turun dari gendongan Winter.

"Tidak sebelum kulihat keadaan kakimu."

"Sudah mendingan." Maria menjawab namun pandangannya masih tertuju pada dua laki-laki tadi yang sedang bercakap-cakap, sesekali mereka pun tertangkap sedang melirik ke arah Maria."Turunkan aku."

Winter pun segera menurunkan Maria tanpa aba-aba sehingga wanita itu terjerembab di lantai sambil berteriak pelan kala merasakan nyeri di tubuhnya. Oh astaga, pergelangan kakinya terasa lebih sakit dari sebelumnya.

"Keras kepala." Winter berjalan melewati Maria sembari melepaskan jaket kulit dan sarung tangan biker-nya. Kini hanya ada baju singlet hitam yang mencetak tubuh kotak-kotaknya itu.

"Sir, air hangat dan kotak obat." Jared masuk ke dalam kamar, melirik Maria sekilas. Karena tak mendapatkan perintah apapun lagi dari tuannya, pria itu pun permisi keluar.

"Kenapa tidak berdiri dan jalan?" Nada bicara dan tatapan Winter dingin dan menusuk.

Maria berusaha bangun lalu terduduk lagi. Menjadi lemah di depan orang-orang adalah hal paling ia hindari. Namun pria itu tampaknya sudah terlalu sering melihat kelemahannya. Bahkan sejak pertama kali mereka bertemu— hari dimana Maria mencoba membunuhnya, ia sudah menunjukkan bahwa dirinya seorang pengecut dengan berlari dan tertembak.

Winter kembali berjongkok dan membawa Maria ke dalam gendongannya. Bola mata itu menatap mata istrinya beberapa detik sebelum ia berjalan lalu mendudukkan Maria di tepi ranjang.

"Apa dua laki-laki diluar itu Jaxon dan Julio?"

Winter tidak merespon karena ia sedang fokus mengeluarkan kapas dari bungkusannya. Menggunakan gigi, pria itu merobek kemasan dalam sekali gigit. Entah kenapa hal tersebut tampak seksi di mata Maria.

"Yes." Jawab Winter kemudian.

"Mereka terlihat sangat bebas di rumah ini." Rasa curiga Maria semakin bertambah.

"I told you they are my friend." Winter mengulangi informasi tersebut sambil memperhatikan bilur-bilur yang tampak membiru serta lecet-lecet di lutut dan siku Maria.

"Bagaimana kau bisa percaya begitu saja?"

Bola mata Winter menatap Maria dengan sorot malas dan tak acuh yang bercampur menjadi satu, seolah mengisyaratkan bahwa ia tak ingin bicara topik membosankan itu.

"Kau tidak boleh mempercayai orang semudah itu terlebih orang-orang yang pernah kau sakiti." Sambung Maria.

"Tidak perlu mengajariku soal itu, Maria."

Winter melepaskan kimono Maria lalu memutar lengan istrinya untuk memeriksa. Menekuk lutut Maria sedikit ke atas, ia menyentuh pergelangan kaki yang membengkak lalu memutarnya ke arah berlawanan hingga menimbulkan bunyi krek.

INTOXICATE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang