Chapter 22 : Stubborn wife

87K 11K 2.4K
                                    

Banyak dugaan bahwa penembakan tersebut dilakukan oleh orang terdekat. Winter pun punya kecurigaan yang sama. Hanya saja, siapa? Itu yang sedang ia selidiki sekarang. Berada di depan laptop sampai melupakan lapar dan kantuk. Ia tidak peduli jika harus berjaga satu malam penuh demi memecahkan masalah ini.

Winter menghembuskan rokok sembari terus memperhatikan rekaman cctv. Ia mendapatkan informasi dari Jared bahwa pria mencurigakan itu bernama Ramires Fair. Seorang pengangguran yang bekerja serabutan dan baru menikah sebulan yang lalu. Pengangguran tidak mungkin punya jas mahal dan menginap di hotel bintang lima jika bukan punya tujuan lain dan didanai oleh seseorang. Bedasarkan catatan yang ia dapatkan dari bandara, tidak ada daftar penumpang dengan nama Ramires Fair.

Winter tau bahwa itu hanyalah identitas palsu. Hal tersebut semakin memperkuat dugaannya terhadap orang ini. Hanya saja, ia lebih tertarik mencari siapa yang menjadi otak penembakan dan apa motifnya. Dan itu hanya akan didapatkan dengan cara menangkap si keparat Ramires.

Menghela napas, Winter pun mengalihkan pandangannya pada Maria yang masih tertidur di ranjang pesakitan. Bunyi dari alat medis menemani malam mereka. Sejak tadi pagi Winter memutuskan untuk tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangan Maria bahkan ibunya sendiri. Bahkan Lavender, bahkan Fleur. Siapa saja.

Ia curiga pada semua orang. Keluarga memang keluarga.

Tapi mereka juga manusia yang punya sisi jahat. Apalagi kejadian ini jelas sekali dilakukan oleh orang terdekat. Orang terdekat yang ceroboh.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari saat ia memejamkan matanya. Namun itu tidak bertahan lama karena Winter kembali bangun dan duduk di depan laptop, membaca semua email yang masuk dari Jared. Mencari tau segala data tentang Ramires Fair. Apakah ini ada hubungan dengan misi yang dibatalkan oleh Maria atau tidak, Winter akan mengungkapkannya.

"Sir, kami mendapatkan informasi bahwa Ramires tampak mengendarai sebuah mobil di perbatasan." Jared memberitahu lewat telepon.

"Aku ingin dia hidup-hidup."

Mata Winter kembali terpaku pada layar laptopnya. Terlalu banyak spekulasi membingungkan. Kenapa harus istrinya yang jadi sasaran? Jika itu dilakukan oleh orang yang menaruh dendam pada Maria, bagaimana mungkin bisa semudah itu masuk ke dalam ballroom yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang?

Jelas keparat ini punya motif lain.

Tapi kantuk akhirnya menyerang hingga Winter tidak sadar kapan dirinya tertidur.

Dan ia terbangun oleh bunyi gemerisik di sekitar. Saat ia membuka mata, ia melihat Maria sedang berdiri memunggunginya sambil memakai jaket kulit. Tubuh bagian bawahnya sudah dibalut dengan celana ketat berbahan latex hitam. Kemudian wanita itu pun berjongkok mengambil beberapa lembar dollar dari dalam tas berisi barang-barang keperluan Maria yang dibawakan oleh Lavender semalam. Saat ia berbalik, ia sedikit kaget melihat Winter yang tidur di sofa sedang memperhatikannya.

Winter pun bangun dari baringannya, segera menghampiri sang istri yang tampak begitu lemah. Wajah pucat dan lingkaran hitam di bawah matanya menandakan jelas bahwa wanita itu tidak baik-baik saja. Ia memeluknya erat sembari mendaratkan ciuman dalam dan hangat di puncak kepala istrinya.

"Kau sudah siuman." Kata Winter pelan.

"Aku harus pergi."

"Kau tidak akan kemana-mana. Kau masih butuh perawatan."

Maria menggeleng."Aku sudah baik-baik saja sekarang."

"Ini baru dua puluh empat jam sejak kejadian penembakan. Hanya orang tidak waras yang mengatakan dirinya baik-baik saja."

INTOXICATE DESIREWhere stories live. Discover now