Chapter 7 : Client who?

88.6K 10.6K 1.6K
                                    

Tiga hari sudah dilalui Maria di rumah sakit. Gips di lehernya sudah di lepas. Kondisinya juga sudah membaik. Rasa sakit tampaknya tak pernah mau lama-lama tinggal di dalam diri seorang Maria. Karena sekarang dia sudah kembali bugar. Selama tiga hari itu pula pria musim dingin tidak menemuinya. Ia juga tidak mendapatkan telepon berisi teror atau semacamnya dari sang klien. Namun selama tiga hari tersebut Lavender selalu datang di jam berkunjung. Sama seperti hari itu, Lavender masih saja membujuk Maria untuk mau menikah dengan Winter.

Bagi Maria itu benar-benar ide konyol. Menikah tak pernah ada dalam rencana hidup seorang Maria. Ia tak ingin anak-anaknya kelak punya ibu seorang pembunuh bayaran atau mantan pembunuh bayaran. Itu sama buruknya. Biarlah semua ini ia jalani seorang diri.

Jadi, Maria pun kembali menolak mentah-mentah tawaran Lavender.

"Lagipula kenapa kau hanya memaksaku menikahi Winter? Bagaimana dengan Winter? Apa dia setuju menikah dengan seorang pem— seseorang sepertiku?" Tanya Maria ketika dokter baru saja keluar dari ruang inapnya hingga kini ia tinggal berdua saja dengan Lavender yang sedang berselonjor di sofa, memakai kacamata bacanya, sibuk membaca novel.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan Winter."

Maria merebahkan kepalanya ke bantal sambil meraih ponsel untuk memeriksa apakah ada panggilan atau pesan yang masuk.

"Winter akan menerima perjodohan ini karena kau sahabatku." Ujar Lavender santai.

"Apa jangan-jangan pernikahan Sunny juga hasil dari pemaksaanmu?"

Lavender menyunggingkan senyum miring lalu mengedikkan bahunya sombong."Semua orang menyayangiku jadi apapun yang aku inginkan mereka pasti melakukannya. Dan hal yang sangat kuinginkan di dunia ini adalah melihat satu persatu kakak-kakakku menikah dan memiliki bayi yang lucu. Aku tidak pernah meminta apapun pada mereka selama ini, tau?"

"Kenapa tidak buat bayi sendiri dengan Jeremy?"

"Jerome."

Maria hanya mengangguk-angguk, ia sedang fokus menggulir layar ponselnya.

"Kau mau kan mengabulkan permintaanku ini? Aku benar-benar akan sangat bahagia melihatmu berada di altar bersama Winter."

"Kau tidak bisa memaksa seseorang menikah hanya karena kau suka melihatnya." Maria kesal.

"Hei kalian bisa mulai dengan pendekatan dulu. Makan siang, menonton dan jalan-jalan. Manhattan kota yang indah dan akan lebih indah lagi jika kau berkeliling dengan Winter."

Maria tidak tau harus menjawab apa karena pikirannya sama sekali sedang tidak fokus. Jadi ia diam dan terus menggulir layar ponsel.

"Aku akan menghubungi Winter dan mengatur kencan pertama kalian." Lavender meletakkan bukunya lalu merogoh ponsel dari dalam tas.

"Tapi keputusanku masih sama."

"Bersiaplah, aku akan menyuruhnya menjemputmu jam tiga sore."

"Lav—"

"Ayolah, ini hanya pendekatan biasa, oke? Anggap saja dia teman atau tour guide." Lavender membereskan tas sambil menjepit ponsel dengan telinga dan bahunya. Lalu ia berjalan keluar kamar setelah mengecup pipi Maria.

Menghela napas, Maria pun mulai main candy crush untuk membunuh kebosanannya.

Tapi di tengah keasikannya, sebuah pesan masuk. Reflek ia menegakkan tubuh, membaca dengan teliti. Detik itu juga Maria segera memesan tiket pulang ke Madrid. Dengan langkah cepat gadis itu mendorong kopernya keluar dari rumah sakit setelah menyelesaikan semua administrasi. Maria mengenakan kacamata hitam di dalam taxi yang akan mengantarnya ke bandara.

INTOXICATE DESIREDonde viven las historias. Descúbrelo ahora