Chapter 25 : A polar bear

92.7K 11.1K 2.4K
                                    

Sudah tiga hari Maria di rawat di rumah sakit dan diizinkan pulang di hari keempat dengan catatan ia benar-benar harus beristirahat dan tidak boleh banyak gerak sebelum jahitannya kering. Maria sudah sangat bosan dan benci dengan aroma rumah sakit. Winter setuju membawanya pulang karena wanita itu tak henti-hentinya menggerutu.

Sesampai di rumah, Winter langsung menutup akses keluar masuk. Ia juga masih melarang keluarganya berkunjung dan hanya diperbolehkan menyapa Maria lewat video call.

Winter membiarkan Maria bicara dengan Irina dan Maxime di dalam kamar sedangkan dirinya pergi ke dapur untuk membuat susu, menyiapkan obat serta makanan. Saat ia kembali ke kamar, Maria sudah selesai dengan acara video call-nya.

"Sushi?" Tanya Maria saat melihat hidangan yang menggugah selera di depannya. Ia segera melipat kaki dan bersiap makan.

"Kau suka sushi?"

Maria mengangguk sembari memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya hingga pipinya menggembung, seperti hamster."Di kampus aku dan Lavender langganan makan sushi setiap jam makan siang."

Winter terus memperhatikan Maria yang tak berhenti mengunyah sampai bibirnya berlepotan. Dengan ibu jarinya Winter menyapu butiran nasi dan saos di sudut bibir Maria. Namun usapan itu tak kunjung berhenti bahkan Maria dapat melihat tatapan penuh nafsu dari bola mata Winter.

"Sabarlah. Kau akan mendapatkan makananmu segera setelah aku selesai makan."

Winter paham apa yang sedang dibicarakan oleh Maria tapi ia memilih diam dan hanya memberikan tatapan khas nya pada sang istri.

"Sudah satu minggu aku tidak memberikan jatah untuk suamiku. Dia pasti sangat kelaparan dan sekarat."

"Stop talking."

"Kita pernah bercinta saat aku baru saja kecelakaan dan babak belur." Maria mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.

Sebenarnya Winter tidak tahan. Tapi dia masih cukup waras untuk tidak menyerang istrinya dulu sebelum yakin wanita itu sanggup berada berjam-jam di bawah kuasanya. Karena Winter tidak suka permainan singkat. Ditambah lagi sudah satu minggu ia tidak mencicipi tubuh sang istri. Sungguh ini sulit bagi seorang pria. Dulu ia bisa menahan gairahnya tapi semenjak ada Maria, hasrat itu bagai alkohol yang memabukkan, sulit untuk dikendalikan apalagi jika Maria berada dalam mode seperti ini.

"Jangan terlalu lama berpikir nanti aku berubah pikiran dan kau pasti akan menyesal."

"Jangan menggodaku, sayang. Aku belum ingin melihatmu kembali terbaring di rumah sakit. Kita baru saja kembali ke rumah."

"Jangan meragukan kemampuanku, sayang."

"Istirahatlah."

Maria meletakkan nampan makanan yang sudah habis di atas nakas sambil menjilati bibirnya yang basah oleh susu vanilla. Tidak bisa melakukan apapun benar-benar membosankan sekali. Maria tidak suka berbaring di atas ranjang tanpa ada kegiatan. Itu malah membuatnya semakin sakit.

"I bring this for you." Tiba-tiba Winter menyerahkan sebuah buku setelah menyodorkan segelas air putih saat Maria menelan obatnya.

"Buku apa ini?"

Winter tidak menjawab karena ia juga tidak tau seperti apa isi dari buku itu dan Maria bisa membacanya jika ingin tau.

"Dari mana kau mendapatkan buku ini?"

"Dari Fleur." Jawab Winter sambil duduk di sofa."Bacalah agar tidak bosan."

Maria membuka buku tersebut setelah membolak-balik sebentar. Dan ia baru menyadari bahwa itu adalah buku dewasa dari sampulnya yang terkesan erotis.

INTOXICATE DESIREजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें