Chapter 30 : First love

83.7K 10.8K 3.4K
                                    

Sesaat Maria merasa tidak tau harus melakukan apa. Berita ini entah bagaimana berhasil membuat jantungnya copot. Suaminya tertembak dan Jaxon terlihat panik— jadi tidak mungkin telinganya salah dengar.

"Jaxon!" Maria berseru pada pria yang baru saja keluar dari rumah."Tolong katakan padaku dimana dia tertembak? Kenapa— kenapa bisa begitu? Dia bukan seseorang yang mudah tertembak. Siapa yang melakukannya?"

Maria menoleh ke arah jam dinding sekilas dan tanpa sadar sudah hampir delapan jam berlalu semenjak kepergian Winter. Artinya dia baru saja tiba di Madrid satu jam yang lalu.

"Sialan, Jaxon!"

"Stay at home," Jaxon berhenti untuk mencegah Maria keluar rumah."Dia baik-baik saja."

"Aku ingin pergi. Aku ingin melihatnya sendiri."

"Tidak perlu," Ujar Jaxon tajam."Tinggal di rumah, itu adalah perintahnya."

"Perbuatan siapa itu?" Suara Maria seperti tenggelam dan perasaannya mendadak kacau— bingung, cemas dan marah.

Jaxon pun berhasil masuk ke dalam mobilnya dan kini pria sialan itu menghilang di balik pagar.

"Fleur, untung kau ada disini." Maria berkata sambil berjalan masuk ke kamar.

"Wah wah, beruntung sekali kau punya aku, bayangkan jika aku tidak disini."

Namun Maria seolah tuli. Dia begitu panik hingga blank dan bingung apa yang ingin dilakukannya. Tangannya bekerja tanpa perintah dari otaknya— memakai jaket dan sepatu serta menyiapkan paspor. Sesampai di depan pintu, Maria langsung menodongkan senjata pada pengawal yang berusaha mencegahnya.

"Aku pernah menembak dua temanmu, kurasa kau tidak ingin menyusul mereka secepat ini." Maria berkata.

Pengawal itu hanya berdeham namun tidak berpindah dari hadapan Maria.

"Oh ayolah bodoh, hidupmu masih panjang. Jangan sia-siakan begitu saja dan minggir sekarang juga." Fleur berkata.

"Maaf, Ma'am. Kami hanya mengikuti perintah Tuan Winter." Jawab si pengawal.

"Dia sedang terluka di suatu tempat." Maria menodongkan pistolnya lebih dekat— membuat si pengawal terperanjat kaget."Aku tidak main-main akan menembakmu jika kau masih bersikeras."

Sejenak pengawal itu saling berpandangan dengan beberapa temannya— memberikan isyarat kemudian kembali bicara pada Maria."Maaf, kami tidak bisa membiarkan Anda keluar dari rumah."

"Persetan dengan itu, baiknya kau biarkan kami pergi sebelum dia benar-benar menembakmu." Hardik Fleur jengkel.

"Kami diizinkan untuk menembak Anda jika—"

Perkataan mereka terpotong saat Maria meledakkan sebuah pot tanaman dengan pistolnya."Buka pagarnya sekarang."

Perbuatan Maria yang terkenal nekad dan dilakukan secara tiba-tiba membuat para pengawal jadi mati kutu. Wanita itu bisa meledakkan kepala mereka tanpa aba-aba dan tentu itu menakutkan. Tak lama kemudian pagar pun terbuka. Maria langsung naik di belakang motor Fleur yang melaju dengan kecepatan tinggi.

"Dasar pengawal bodoh." Fleur berseru."Tak berguna sekali."

"Memang bodoh sekali!"

Fleur hanya tertawa sambil menambah kecepatannya dan meliuk-liuk— menghindari kendaraan lain bak pembalap yang profesional. Tujuan dua wanita itu adalah bandara. Sesampai disana, Maria langsung membeli tiket penerbangan langsung ke Madrid.

"Nanti ceritakan padaku ya, apa yang terjadi dengan si musim dingin." Seru Fleur keras."Jika dia mati, akan kucarikan kau suami baru!"

"Terimakasih!"

INTOXICATE DESIREWhere stories live. Discover now