Chapter 3 : Second try

101K 11.1K 2K
                                    

"Siapa yang melakukan ini?"

Jantung Lavender berdegup kencang menyadari bahwa lagi-lagi ada bahaya yang sedang mengincar saudara laki-lakinya. Orang-orang memang selalu menargetkan keturunan laki-laki. Jelas karena hanya keturunan laki-laki lah yang dapat mewariskan nama Patlers di belakang nama anak-anak mereka kelak. Sedangkan keturunan perempuan, mereka akan memakai marga suaminya saat menikah. Begitu pula dengan anak-anak mereka.

"Bagaimana bisa kau tidak menyadari ada alat pelacak di dalam saku kemejamu?"

Winter mengeluarkan rokok, lalu menghidupkannya sembari menekan tombol di remote sehingga TV pun menyala.

"Winter, jangan anggap ini remeh."

"Easy."

Lavender mendadak berdiri dari sofa."Aku akan menghancurkan alat pelacak ini. Berani-beraninya mereka."

Winter menahan tangan Lavender yang baru saja hendak menjatuhkan benda itu ke lantai."Put it back in my pocket."

"Apa? Kenapa?"

"Biarkan dia terus melacak lokasiku."

"Kau tau siapa pemilik benda ini?"

Winter tidak menanggapi. Ia menghembuskan asap rokok sambil terus mengarahkan matanya ke siaran sepak bola.

"Aku benar-benar sudah sangat muak dengan kejadian seperti ini. Dua hari yang lalu Rain. Sekarang kau pun kembali mengalami hal semacam ini. Kapan ini berakhir dan kita semua bisa hidup tenang?"

Winter mengulurkan tangannya pada Lavender, meminta kembali alat pelacak itu.

"Dan kupikir kau laki-laki pintar tapi alat pelacak ada di tubuhmu saja kau tidak menyadarinya." Kesal Lavender sambil meletakkan benda itu di telapak tangan Winter.

Benda itu baru berkedip beberapa menit yang lalu. Winter sama sekali tidak menduga Maria meletakkan alat pelacak. Tak sadar Winter mengulas sebuah senyum tipis. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada bertarung dengan lawan yang seimbang.

"Berhati-hatilah. Dengan adanya alat pelacak semacam ini akan membuat keparat-keparat itu mudah menemukanmu." Lavender menatap Winter dalam-dalam.

"What are you afraid of?" Suara Winter terdengar rendah saat ia memberikan senyum tipis untuk sang adik."Itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa."

"Kau bisa mengatakannya karena sudah tau bahwa ada alat pelacak bersamamu sehingga kau bisa bersiap-siap. Kalau tidak bagaimana? Siapapun keparat itu bisa saja menikammu saat kau sedang tidur. Thank me later."

"Cerewet."

Lavender menghela napasnya berat lalu kembali duduk di sofa untuk menatap sang kakak lekat-lekat. Ia tak tau harus mengatakan apa saking khawatirnya. Kemudian ia pun kembali menatap benda kecil yang kini kembali ke dalam saku kemeja Winter. Sekarang sudah tidak berkedip lagi.

"Dia memakai alat pelacak murahan." Kata Winter beberapa detik kemudian seolah menjawab pertanyaan Lavender."Akan berkedip saat sedang digunakan. Kau juga tidak akan menyadari keberadaan benda itu andai tidak berkedip beberapa menit yang lalu."

"Dan itu artinya dia sudah berhasil mendapatkan lokasimu beberapa menit yang lalu."

Winter tidak merespon.

"Jadi kau akan membiarkan dia terus melacakmu?" Lavender menunggu jawaban tapi Winter masih tidak merespon."Ya kau benar, biarkan pelacak itu terus berada bersamamu sampai dia kembali datang untukmu sehingga kau bisa menghabisinya." Lalu Lavender memelankan suaranya dengan sebuah senyum."Aku yakin Flef dan Ninja akan sangat senang makan kepala manusia."

INTOXICATE DESIREWhere stories live. Discover now