Chapter 27 : Jealous

105K 11.2K 3K
                                    

Jika biasanya Maria yang bangun tanpa Winter di sebelahnya, kini Winter lah yang bangun dan Maria tidak ada disisinya. Ia langsung panik. Dengan mata yang setengah terbuka pria itu menyingkirkan selimut lalu memakai celana satin dengan buru-buru. Maria tidak ada di kamar mandi maupun di walk in closet.

Ada yang berubah dari walk in closet nya. Terlihat lebih rapi dari sebelumnya. Winter ingat betul pakaian yang ia pakai tergeletak di sofa dan sekarang sudah tidak ada disana. Sepatunya juga tersusun rapi. Keranjang pakaian kotor pun kosong. Biasanya untuk urusan seperti ini akan ada pelayan yang datang seminggu dua kali. Namun ini belum saatnya mereka datang mengingat Winter sudah mencegah siapapun masuk ke dalam rumahnya.

"Maria, honey? Where are you?"

Tidak ada jawaban.

Ia pun langsung keluar kamar lalu berdiri di balkon lantai dua dengan perasaan syok di dalam hati ketika melihat Maria sedang membersihkan meja makan. Sebuah ember di sisinya dan handuk melingkar di lehernya serta tetek bengek alat kebersihan lainnya.

Winter pun berdeham pelan.

Maria mendongak."Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?"

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Kau tidak buta, sayang."

"I know," Winter menuruni tangga."Hanya tidak percaya dengan penglihatanku."

"Oh sayang, aku tau isi pikiranmu," Ungkap Maria sembari meremas handuk yang basah ke dalam ember."Kau selama ini terus menghujatku di dalam kepalamu, bahwa aku istri yang bodoh."

Maria mengambil cleaning spray lalu menyemprotkan pembersih tersebut ke meja, matanya melirik sang suami yang hanya menontonnya melakukan pekerjaan rumah ini.

"Kuakui itu memang benar. Walaupun tujuanku menikah denganmu sama sekali bukan karena ingin menjadi ibu rumah tangga tapi apalagi yang bisa kulakukan di rumah ini?"

Winter merasa kelakuan Maria yang tidak bisa dia prediksi ini malah menjurus pada maksud pemberontakan akibat terkurung di dalam rumah. Istrinya bukan tipe wanita yang akan melakukan pekerjaan rumah tangga dengan senang hati. Winter tidak lupa di hari pertama mereka menikah saat dirinya meminta Maria memasak, wanita itu langsung menolak mentah-mentah.

"Jadi, jangan menatapku seperti itu. Kau juga harus segera ubah pandanganmu terhadapku. Siapa tau aku benar-benar akan menjalani seumur hidup dengan membersihkan debu di kolong meja seperti yang kau inginkan."

"Aku tidak pernah menyuruhmu melakukan itu seumur hidup."

"Memang tapi aku harus sadar diri, bukan?"

Entah setan apa yang telah merasuki istrinya, Winter seperti tidak melihat Maria yang ia kenal.

"Aku harus sadar diri bahwa ini adalah tujuanmu tidak pakai pelayan dan mengurung istrimu di rumah ini." Maria meletakkan kembali pembersih di dalam lemari lalu membanting pintunya pelan.

Winter berjalan ke kulkas, mengambil sebotol air putih lalu meneguknya hingga beberapa tetes membasahi dada bidangnya yang berbulu halus. Kemudian ia hanya bergumam sembari melenggang ke arah sofa untuk menonton siaran TV pagi.

"Jared membawakan pesananku." Maria mengarahkan dagunya pada belanjaan di atas pantry."Dia membeli cumi-cumi dan udang busuk. Semuanya busuk. Aku bertanya-tanya dia beli dimana. Kubilang padanya untuk pergi menukarnya tapi aku yakin dia tidak pandai memilih jadi tidak ada gunanya."

Maria mengambil kain lalu menggosok meja yang sudah ia bersihkan hampir lima kali. Jelas ini adalah pemberontakan.

"Andai saja aku bisa berbelanja sendiri," Maria berkata pelan."Ah sudahlah, lagipula kupikir suamiku akan menyukai udang busuk pilihan Jared daripada yang segar pilihan istrinya."

INTOXICATE DESIREWhere stories live. Discover now