PART 24

11.5K 680 3
                                    

Firhan dan Shila sudah sampai di depan rumah mereka. Tapi mereka tak kunjung keluar dari mobil. Mobil itu hanya bergeming di depan rumah. Begitupun dua manusia yang ada di dalamnya.

Ketika Shila ingin membuka pintu mobil, ada tangan yang menahannya untuk keluar. Jantungnya yang dari tadi berdetak cepat serasa berhenti ketika tangan itu menyentuhnya. Ragu-ragu Shila melihat ke arah manusia di balik kemudi itu.

"Ke_kenapa mas?" tanya Shila gugup.

"Nanti saya akan jelasin semuanya sama kamu, tapi gak sekarang tunggu saya pulang." ucap Firhan serius. Menatap tepat ke netra coklat Shila.

"Emangnya mas mau kemana?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Shila.

Bukannya menjawab pertanyaan Shila, Firhan malah tersenyum lalu mengacak rambut Shila pelan. Shila mendengus melihatnya. Bukan itu jawaban yang dia mau. Tapi mau bagaimana lagi dari pada mereka ribut lagi, ia memilih keluar dari mobil toh nanti Firhan juga akan cerita kan sepulangnya dari urusannya ini.

"Jangan lama-lama pulangnya. Aku takut sendiri di rumah." ucap Shila dengan cepat.

"Iya sayang." sekali lagi Firhan mengacak rambut Shila, bedanya sekarang lebih membuat jantung Shila tak karuan karena dua kata yang keluar dari mulut Firhan. Senang, salah tingkah, dan sedikit kesal juga.

"Apaan si dih. " ucap Shila untuk menutupi bahwa dia sedang salah tingkah. Walaupun itu malah membuatnya menjadi sangat jelas.

"Kenapa si, orang cuma bilang sayang doang." jawab Firhan dengan santai nya. Sedangkan Shila yang mendengar memutar bola matanya malas.

"Kemaren aja sok-sok an gak mau ngomong, sok-sok an nyuekin aku. Sekarang aja sayang-sayangan." Shila mendelik tajam ke arah Firhan. Ucapan Shila tentu membungkam mulut Firhan.

"Iya saya salah." Firhan mengakui kesalahannya.

"kemaren kemana aja mas? Aku nungguin kamu pulang sampe ketiduran di sofa, aku masak gak kamu makan, ditanya malah pergi gitu aja." Shila mengeluarkan semua kekesalannya kemarin. Niatnya tidak ingin ribut malah ribut juga ujung-ujungnya.

"Iya saya emang salah. Saya  minta maaf. Udah ya saya gak mau ribut, masa baru baikan ribut lagi." Firhan memegang tangan Shila lembut. Menatap Shila teduh. Ya sudah pasti Shila luluh begitu saja. Jika berhadapan dengan Firhan, Shila selalu lemah.

Dengan kekesalan yang sudah mereda dan pipi yang sudah memerah kembali karena perlakuan dan tatapan teduh Firhan, Shila pamit pada Firhan dengan mencium punggung tangan suaminya itu. Lalu keluar dari mobil. Menunggu di depan pintu rumah sampai mobil itu tidak terlihat lagi oleh pandangan Shila.

Shila berjalan gontai ke dalam rumah. Bukannya langsung ganti baju Shila malah merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Ah badan gue, pikiran gue capek semuanya. Ternyata nikah itu enak gak enak ya." monolog Shila seraya memejamkan matanya lelah.

Sedangkan Firhan sedang ada di hadapan suatu pusara seseorang. Membawa bunga lily putih di tangannya. Menatap sendu pusara itu, seakan ada sorot rasa bersalah juga penyesalan yang amat sangat. Benar itu pusara Kania.

"Maaf ya Kan, kayaknya aku mulai sayang sama seseorang selain kamu. Soalnya rasanya gak enak waktu dia bilang, dia lagi dideketin sama temen kampusnya. Itu namanya cemburu'kan? Aku gak suka sama rasa cemburu itu Kan. Tapi aku gak akan berbuat hal itu lagi pas aku lagi cemburu. Aku gak mau dia pergi lagi kayak kamu. Maaf saat itu aku bego. Maaf juga gak nepatin janji aku buat hanya sayang sama kamu. Tapi kamu masih tetep ada di hati aku Kan. Tempat kamu udah spesial disini, gak akan ada yang bisa nyingkirin kamu." Firhan menghela napas sejenak.

Assalamualaikum Calon Pilot [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang