19

967 60 6
                                    

  Kalo tadi metta di pangkuan alaska, kini posisi mereka berganti dengan alaska tidur dengan kepala di pangkuan metta, setelah metta mengganti seragamnya dengan baju kebesaran alaska setelah acara makan malam bersama keluarga alaska.

  Tangan metta yang diam di arahkan alaska untuk membelai rambut hitam lembut miliknya, alaska yang awalnya menghadap TV kini berbalik menghadap perut metta, memeluk pinggang metta erat dan mengecup berulang kali perut metta, membuat metta merasa kegelian karenanya.

"Aku di anter pulang kapan ini? "

" Kalo kamu nginep disini gimana? "

"Enak aja, ya enggak lah, nanti kalo reyhan dan kedua orang tuanya nyariin gimana? "

"Udah aku kabarin kok reyhan kalo kamu nginep disini" Gumam alaska sembari mencium perut metta sayang, karena disi kelak tumbunnya keturunan Bigantara, suatu saat nanti, alaska juga akan sering mencium perut metta kalau sudah membuncit.

"Aku takut ngerepotin yang" Gumam metta yang masih terdengar oleh alaska

   Alaska menatap metta kecewa, metta yang di tatap seperti itu hanya membuang muka karena ia yakin, kalau sampai metta membalas tatapan tersebut, metta pasti tak akan pernah tega.

"Yang" Ucap alaska yang masih menatap metta memelas

"Hmm" Akhirnya mau tak mau metta menatap alaska juga

   Alaska sangat suka ketika tangan metta menari, membelai rambutnya lembut, alaska berharap, metta akan selalu bersama dirinya saat suka maupun duka, dan alaska selalu berdoa agar metta tak memiliki rasa besan kepadanya, karena alaska tahu, ada kalanya seorang manusia akan merasa bosan, dan alaska takut itu terjadi kepada hubungan mereka.

"Aku ngantuk, nanti kalo udah jam 9 bangunin, buat nganter kamu pulang"

  Metta berdehem, setelahnya metta memilih bermain game dan membiarkan alaska terlelap dengan berbantal paha metta, tanpa metta rasa, kantuk menyerang dirinya dan membuat ia tertidur bersender kepala sofa.

                                 👹👺😈

Tubuh metta menggeliat di atas kasur hangat dan lembut, mempererat guling besar yang sedang ia peluk, rambutnya terasa nyaman ketika sebuah tangan membelai rambutnya lembut.

   Kenyamanan itu sirna saat ingatan metta kembali waktu malam tadi, bukankah ia masih di rumah alaska, dan bodohnya lagi ia ketiduran, apa jangan-jangan, mata metta terbuka sempurna, dan pertama kali ia lihat adalah tubuh tegap seorang cowok, tanpa berfikir panjang, metta mendongak, menatap wajah alaska yang menatap dirinya sayang.

'Udah gue duga ' batin metta

  Tanpa memperdulikan alaska, pandangan metta terarah ke tubuhnya sendiri, metta langsung bernafas lega saat melihat baju semalam masih ia kenakan.

"Kok aku ada di sini? " Tanya metta dengan suara serak khas orang bangun tidur, saat metta ingin melepaskan pelukan mereka, alaska langsung mempereratnya, seakan tak mau berjauhan walaupun 1c saja.

"Tidur lagi, kamu masih sakit"

"Sakit? Siapa yang sakit? " Metta yang ingin duduk pun di tahan alaska dan semakin mempererat pelukannya.

"Tidur sayang, kamu lagi sakit"  Gumam alaska sembari mencium puncuk kepala metta secara bertubi-tubi, seakan ciuman itu adalah ciuman yang sangat alaska rindukan.

"Aku gak sakit kok"

"Badan kamu panas sayang"

"Tapi aku harus sekolah alaska bigantara"

"Udah aku izinin"

"Terus ngapain kamu gak sekolah? "

"Nungguin kamu"

   Mulut metta yang siap untuk bertanya lagi terhenti saat pintu kamar alaska terbuka, terlihat reyna yang ada di sana dengan kedua tangan memegangi nampan berisikan makanan, metta yang melihat bunda alaska berusaha melepas pelukannya, bukannya terlepas, pelukan tersebut malah semakin mengerat.

  Apakah alaska tak malu atau takut terhadap bundanya yang mengetahui mereka tidur berdua, reyna tersenyum hangat, melangkahkan kakinya kearah dua remaja yang berbeda jenis tersebut.

"Sana mandi, biar bunda yang jaga metta" Kepala alaska menggeleng tak setuju, ia semakin mempererat pelukannya dan menaruh wajahnya di lekukan leher metta, reyna mendesah berat melihat kelakuan anaknya yang tak beda dengan kelakuan suaminya.

"Ada bunda ska, lagian kamu tinggal mandi metta gak bakalan tambah sakit"

"Tapi bun, metta itu la__"

"Mandi gak? " Sela reyna garang.

  Dengan berat hati alaska melepas pelukannya, mengecup kening metta sekilas sebelum beranjak dari tempat tidurnya, metta sendiri merasa kikuk saat bunda alaska memperhatikan dirinya lembut.

"Udah baikan? " Punggung tangan reyna terangkat menyentuh kening metta lembut "alhamdulillah udah turun panasnya, ayo makan"

"Maaf tan, jadi ngerepotin" Metta menerima nampan berisikan bubur dengan perasaan tak enak.

"Gak papa, sabar ya ngadepin alaska, dulu juga tante kayak kamu" Metta mendengarkan secara seksama, apanya yang sama?

"Dulu tuh tante sebel banget sama ayah alaska, protektif banget, sampe semuanya di batasi" Metta tersenyum menanggapi cerita bunda alaska.

"Kok metta bisa di sini tan? "

"Tadi malam alaska teriak-teriak, padahal udah jam 12 malem, tante aja sampe kaget denger alaska teriak-teriak, untung kelvin gak kebangun, kalo kamu lihat alaska tadi malam, kayak kesetanan, nelpon dokter pribadi aja sambil teriak-teriak dan nyuruh dokter alden kesini gak sampe 10 menit lagi, kan kasihan dokter alden, tapi yang namanya alaska ya alaska, kayak ayahnya.

"Masak iya kalo dokter alden gak dateng ke sini dalam waktu 10 menit mau di pecat, ada-ada aja, bahkan waktu dekter alden bilang kamu cuma kecapean alaska gak percaya, malahan nyuruh dokter alden buat nginfus kamu biar cepat sembuh katanya"

  Reyna menyelesaikan ucapanya dengan tawa kecil, membuat metta ikut tertawa dan membayangkan bagaimana lucunya alaska waktu panik.

"Terus tadi malam metta di infus tan? "

"Ya enggak lah, tante yang cegah, waktu tante nyuruh dokter alden pulang, alaska malah marah-marah gak jelas, nyuruh kita pergi dari kamarnya terus tidur meluk kamu"

   Entahlah, tapi metta merasa senang saat alaska sangat mengkhawatirkan dirinya.

🄸🄽🅃🄾🄲🄰🄱🄻🄴(sudah Terbit) Where stories live. Discover now