9

1.3K 64 0
                                    

Hatiku sakit ketika harus mengingat kepingan memori tentang dirinya, seakan dia mengutuk ku, memberi tahu, bahwa diriku tak lagi masa seperti dulu. Ketika ku berlari menjauh, dengan sadis takdir menyeret ku, membawa diri ku kembali kearah waktu lalu, seakan takdir tak mengizinkan aku untuk melupakan nya.

Ku tatap waktu yang seolah menertawakan ku, mencelaku, bahkan melempar ku untuk mendekat, memaki diriku sebagai sampah yang tak berguna untuk dirinya.

Metta bersender di kepala kursi kamar setelah menulis apa yang ia rasakn sekarang ini, mata metta mengedar, menatap dinding kamar dengan pilu, tak di pungkiri, satu tetes air mata jatuh membasahi pipi halus miliknya.

Semakin lama air mata itu semakin kurangajar karna harus berlomba-lomba membasahi pipi, kedua tangan metta mengepel sempurna, mewanti-wanti pembalasan yang akan ia lakukan untuk bedebah sialan itu.

Ketukan pintu menyadarkan metta dari kesendiriannya, dengan cepat metta menghapus air mata sebelum menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk.

"Kenapa? " Tanya metta saat mengetahui bahwa reyhan lah yang memasuki kamarnya itu.

"Ayo ikut aku" Reyhan memilih untuk merebahkan diri di kasur metta, mengabaikan metta yang masih duduk di kursi meja belajar kamarnya itu.

"Kemana sih? "

"Kumpul sama temen-temen"

"Udah izin bunda buat bawa aku? "

"Udah lah, kalo gak izin, bisa-bisa di keluarin dari kartu keluarga aku gegara gak izin dulu mau bawa anak kesayangannya bunda" Metta terkekeh, mengingat kadang Reyhan selalu teriak-teriak di rumah karena bunda lebih memilih metta ketimbang dirinya

Kalau sudah seperti itu, reyhan pasti teriak dengan kata yang sama 'sebenarnya anak kandungnya itu aku apa metta sih, heran dah' lagu lama.

Setelahnya metta bersiap-siap mengganti baju, membiarkan Reyhan yang masih rebahan di kasurnya.

"Udah, ayok"

Reyhan langsung bangkit menggandeng tangan metta keluar rumah, Reyhan sengaja membawa mobil dari pada motor kesayangannya, karena Reyhan tahu, metta pasti menolak untuk menaiki motor, jika ditanya kenapa, alasanya pasti angin malam bisa membuat dirinya membeku.

Setibanya di cafe biasa Reyhan nongkrong, banyak sekali pasang mata yang menatap mereka kagum, Reyhan melangkah mendekati meja langganan dirinya dan ke empat sahabatnya ketika menongkrong di sini, dengan salah satu tangan menggandeng tangan metta.

"Hai metta" Mata metta berkedip lucu menatap cowok didepan nya dengan bingung, membuat semua orang gemas sendiri dengan tangan mengepal, karena tangan mereka gatal untuk mencubit pipi manis itu.

"Gue wahyu" Metta mengangguk mengerti ketika orang di depanya memperkenalkan diri

"Gue andre" Ucap orang di samping kiri wahyu

"Kalo gue, rian" Ucap seseorang yang berada di samping kanan wahyu

"Alaska" Ucap cowok yang ada di samping kiri wahyu atau lebih tepatnya duduk di samping metta, sedangkan yang ada di samping metta yang satunya adalah Reyhan.

Kepala metta mengangguk mengerti, perubahan wajah metta yang seolah berfikir membuat orang yang ada di dalam cafe mengeram gemas ingin mencium bahkan menggigit pipi berbentuk bakpao milik metta.

"Ohhh, inget, lu yang kena bola basket gue itu kan? " Tanya metta memastikan

" Lah lo lupa wajah orang yang lo timpuk pake bola? "Tanya balik andre yang di angguki oleh metta

" WOW" dahi metta mengernyit mendengar ucapan kagum dari rian dan andre secara bersamaan

Bagaimana mereka tak menatap takjub metta, pasalnya yang di lupakan itu alaska, cowok tertampan melebihi dewa Yunani, bisa kalian bilang kalo mereka alay, tapi itu kenyataan, dan dengan gampangnya metta melupakan wajah tampan itu.

"Kenapa sih? " Herannya menatap mereka aneh

"Gak papa, mereka memang gitu, abaikan saja" Ucap reyhan sambil menyuapkan makanan yang metta pesan tadi kearah cewek disampingnya.

"Sekate-kate lu" Ucap rian melempar tisu ke arah reyhan

"Kenyataan kali" Sewot reyhan

"Oh ya ta, lu udah punya pacar? " Wahyu memang sedari tadi diam, tetapi saat bertanya langsung menjerumus kearah hubungan

"Kelihatanya? " Alis metta terangkat, menopang kan wajah di atas kedua tangan sambil tersenyum manis

Yang mana dengan senyum itu mampu membuat semua orang menahan nafas karena gemas, tanpa mereka sadari, ketua mereka entah kenapa tiba-tiba merasa panas melihat metta di tatap seperti itu sama seluruh penghuni cafe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Yang mana dengan senyum itu mampu membuat semua orang menahan nafas karena gemas, tanpa mereka sadari, ketua mereka entah kenapa tiba-tiba merasa panas melihat metta di tatap seperti itu sama seluruh penghuni cafe.

Mereka yang sadar langsung mengalihkan pandangannya ke arah metta ketika melihat alaska menatap mereka tajam, bahkan inti andrakta juga melakukan yang sama seperti pengunjung cafe yang sadar dengan tatapan alaska.

"Ehmmmmm"

"Detik-detik mau punya bu bos nih andrakta"

"Baru aja mau gue gebet"

Alaska yang mendengar sindiran teman-temannya menatap mereka satu persatu dengan salah satu alis terangkat "apa"

"Gak papa" Jawab wahyu yang mulai ngeri lihat alaska seperti menahan marah

"Gak papa" Jawab wahyu yang mulai ngeri lihat alaska seperti menahan marah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatapan menghunus alaska

🄸🄽🅃🄾🄲🄰🄱🄻🄴(sudah Terbit) Where stories live. Discover now