4 (2) 🌥

61.2K 12.9K 10.9K
                                    

yang bela nathan, sekali-kali liat sudut pandang zia ya. dan yang bela zia, coba liat dari sudut pandang nathan.

kalo kalian yang ada di posisi mereka, kira kira bakal ngapain. satunya diancem, satunya diselingkuhin <3




🌥🌥🌥🌥🌥🌥



Luna duduk di atas sofa, melengos panjang karena Zia tak kunjung membalas pesannya. Dia jadi merasa bersalah karena ulahnya cewek itu menjadi marah. Yang ada di pikiran Luna hanyalah membaiknya hubungan mereka.

"Jangan gitu lagi ya," ucap Gibran sambil duduk di samping Luna. "Walaupun sahabat, kita nggak ada hak ngatur mereka. Susah Lun susah,"

Luna mencebikan bibirnya. "Nggak tau mereka seasing ini, nggak tau Nathan bakal sedingin ini sama Zia."

"Wajar nggak sih Nathan gitu," balas Gibran.

"Tapi kan jangan cuekin Zia banget gitu loh... kasian anaknya."

"Lun, kalo pun mereka baikan tuh nggak bakal sama kayak dulu. Yakin banget Nathan keinget masa lalu mereka, jadi jangan maksaiin."

Luna menghela napas berat. "Bener sih... Mereka juga sama-sama udah move on."


"Nathan bukan cuma benci sama kata selingkuh, dia trauma berat. Aku yang rutin saranin psikiater buat dia karena depresi di London sana. Satu tahun dia minum obat,"


Luna langsung mendelik kaget. Ia kemudian memukul paha Gibran. "Kamu kenapa sih nggak pernah cerita??! Aku juga sahabatnya tau."

"Siapa sih Lun yang nggak kecewa ceweknya selingkuh? Bucin banget dia sama Zia," ucap Gibran. "Mamah tirinya juga nggak baik sama Nathan di London."

"Tapi Zia udah ngakuin kesalahannya kan..."

"Aku bukan nggak suka sama Zia, tapi lega kalo emang Nathan punya kehidupan baru. Nggak tega liat Nathan sakit-sakitan, dia tertekan sama keluarganya di sana."

Luna mengangkat bahunya. "Aku yakin Zia juga tertekan, aku kenal dia dari lama."

"Udah kita diem aja nggak usah ikut campur, mereka udah pada dewasa udah bisa mikir. Biarin Nathan yang nentuiin kapan mau maafin Zia,"

Luna langsung menahan senyum. "Aku selingkuh gimana?"

"Kain kafan motif apa?"





🌥🌥🌥🌥





Zia memarkirkan mobilnya di depan sebuah gedung, menoleh pada Verga yang sedang sibuk menggarap sesuatu di ipadnya. "Udah sampe nih, bener kan alamat kantornya."

Verga mengangkat kepala, kemudian mengangguk. "Sorry ya aku minta kamu yang bawa mobil, proyek ini nggak bisa ditinggal soalnya."

"It's okay, ayo turun." Zia membuka pintu mobil. Menyerngit saat cahaya panas menyorot kulit putihnya, ia merapikan rambut sebelum melangkah masuk.

"Zi, terjun lapangan gini lebih enak loh. Ketemu sama orang baru, ada banyak pengalaman," ucap Verga. "Kamu kan kerjanya di dalem mulu."

"Ya emang tugasnya di dalem," jawab Zia sambil terkekeh. "Ini juga gantiin Mba Tika."

Little Promise ( AS 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang