57🌥

56.5K 11.2K 8.7K
                                    






57. Banyak yang salah












Zia masuk ke dalam dapur, mengambil minum lalu meneguknya sambil berdiri. Memandang sang papah yang sedang bercanda di ruang tamu bersama Bintang, Bulan dan Nathan. Ia kemudian datang sambil tersenyum, duduk di antara mereka.

"Rame bener," katanya.

Arion mengangkat kepala. "Makan dulu gih, papah ada sisa ricebowl di oven." suruhnya membuat Nathan yang sedang bermain hp menoleh.

"Obatnya mana?" tanyanya.

"Di atas," rengek Zia. "Males ambil..."

Nathan berdecak, langsung berdiri tanpa disuruh dan berlari kecil naik ke atas. Membuat Arion menganga melihatnya, sementara Zia memilih bermain dengan ipad Bintang.

"Tumbenan mau repot," ucap Arion.

Zia terkekeh. "Papah aja nggak tau soal Nathan," katanya. "Ih bintang yang digeser tuh yang permennya lima!"

"Yang tiga juga bagus! Kak Zia jangan ganggu deh," Bintang berbalik badan membelakangi kakanya.

Zia mencibir malas, lalu menoleh pada Arion yang sedang membantu Bulan mewarnai gambarnya. Dia jadi terdiam, menatap sang papah dari atas sampai bawah. "Pah,"

"Hm."

"Umur papah beneran 39?"

Arion mengangkat kepala, kemudian tersenyum miring. "Kenapa? Keliatan muda banget ya?"

Zia mengangguk jujur, lalu menunduk. "Kalian dulu nikah muda gitu ya?" tanyanya.

Arion jadi mendongak, menatap sang putri. Tak pernah mendengar Zia membahas soal ini. "Iya, dulu mamah Zana umur 19 nikah sama papah."

Zia menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Papah waktu itu umur berapa?"

Arion jadi terdiam, lalu terkekeh. "Kenapa sih nanyaiin gini?" tanyanya. "Tumbenan banget."

"Zi, nih obatnya." Nathan datang dan memberikan obatnya, menyerngit melihat Zia terdiam membuatnya menatap sang papah yang sama diamnya. "Kalian kenapa?"

"Tau nih," Arion menggedikan bahu. "Kenapa? Temenmu nanya kenapa papah muda banget buat jadi ayah?"

Zia tertawa sumbang. "Ihh apasih enggak, orang kepo aja. Salah apa?"

"Ya nggak salah sih..." Arion menggaruk rambutnya. Ia kemudian melirik Nathan yang masih berdiri. "Ambilin Zia makan cepet."

Zia kemudian menunduk, menautkan kedua tangannya. Tidak tau apa yang sebenarnya sedang mengganjal di benaknya. Perasaannya tidak nyaman sejak dua hari lalu.


Contohnya salah satu paket yang kemarin malam datang, sebuah ktp baru milik papah.



Nggak, Zia nggak lagi negatif thinking. Atau mikir yang aneh-aneh. Nggak sampai mikir jauh juga.



Tapi kenapa dia baru tau umur papah 34 tahun? Bukannya 39 tahun...? Yang benar yang mana?



"Makan dulu," Nathan memberikan rice bowl yang dia ambil. Mengusap bahu Zia yang sedang melamun. Cewek itu kemudian mengerjap sadar.

"Zia makan di kamar aja deh," katanya sambil cengengesan. "Mau sambil drakoran." kata cewek itu sambil beranjak.

Nathan jadi menatap Zia lama, kemudian melirik papah yang juga memandang kepergian Zia. "Papah ada ngomong sesuatu?" tanyanya.

Little Promise ( AS 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang