60🌥

71.8K 12.9K 13.6K
                                    

60. Justice








Nathan bisa merasakan jantungnya berdetak kencang, kakinya terasa lemas sampai tidak bisa berfikir jernih ketika banyak orang mengerubungi Zia yang sedang terkapar lemah di lantai.

"Bukan gue..."

Ia memandang tangan Erna yang dipenuhi dengan darah membuatnya melangkah dan mendorong cewek itu sampai ke dinding. "Berani-beraninya lo."

"Enggak," Erna menggeleng sambil menangis. "Kak tolong, gue enggak bermaksud."

"Mas mas bantuin ini!"

Nathan menoleh, membungkuk dan meraih tubuh Zia. Ingin menangis tapi ia tahan dulu. Cowok itu merogoh hpnya untuk menghubungi pihak rumah sakit. Lalu menoleh pada Erna yang hendak kabur.

"LO JANGAN KEMANA-MANA!" bentak Nathan sangat keras, semua orang langsung memperhatikkan Erna.

Bertepatan dengan itu Luna dan Gibran muncul, kebingungan melihat kerumunan di dalam sehingga mereka segera masuk. Luna menutup mulutnya syok melihat keadaan Zia. "INI KENAPA???!"

"Zia kenapa Nath??" tanya Gibran panik.

"Lo bawa mobil??" tanya Nathan. "Ini ambulannya lama banget bangsat."

"Bawa bawa, ayo masuk ke mobil gue!" seru Gibran segera berlari kecil keluar.

Luna menoleh pada Erna yang kebetulan berdiri di sampingnya, menunduk menatap tangan cewek itu. "Lo yang bikin Zia kayak gitu?" tanyanya dengan tatapan nyalang.

Erna diam dengan rahang mengeras, menatap banyak orang yang memandangnya.

"JAWAB!" teriak Luna mendorong bahu Erna sampai menatap kursi. "Lo apaiin temen gue sialan??!"

"Gue—"

"PSIKOPAT LO NGGAK TAU DIRI!!!" Luna menjambak rambut Erna dengan kasar. "JANGAN ADA YANG NGELERAI KITA!!" teriaknya membuat pengunjung kafe jadi salah kaprah.

"Lun," Gibran berlari kecil menarik tubuh Luna. "Nathannya udah nunggu ayo."

"Kalo sampe Zia kenapa-napa gue bunuh lo!" teriak Luna sambil menangis kencang. Berusaha menggapai wajah Erna tapi Gibran membawanya pergi duluan.

Erna jadi memundurkan langkah tercengang, berusaha mengeluarkan hpnya dengan tangan bergetar. Menghubungi nomor Keno yang masih bisa dia andalkan.





🏀🌥🌥🌥🌥🌥🌥





Sudah 5 hari Zia berada di rumah sakit.


Tidak ada yang ingin pulang entah itu Arion atau Nathan. Tak ada yang bicara juga semenjak Nathan membawa Zia ke rumah sakit, anak-anak yang lain juga belum boleh menjengkuk sampai Zia siuman. Lima hari ini benar-benar menyiksa.

Arion tanpa pikir panjang menuntut pihak keluarga Erna karena ini sudah masuk tindak kekerasan, dan kasusnya sedang diproses di kantor polisi. Sekaligus mengetauhi fakta bahwa ayah dari perempuan yang menyerang Zia adalah temannya saat SMA.

Dokter membuka pintu ruangan, membuat Nathan dan Arion yang sedang duduk langsung berdiri. "Gimana dok?"

Dokter Nabil menghela napas berat, sebagai dokter terapi turin Zia dia turur prihatin atas apa yang terjadi. Malang sekali nasib anak itu. Mengingatkannya pada istri Arion dulu.

Little Promise ( AS 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang