12⛅️

69.6K 12.8K 9.4K
                                    

karena sampe lusa mom gabisa update ngurus ujian praktek, ini dikasih bonus dulu ya






12. Tugas dan hak










Nathan menggendong tubuh Zia masuk ke dalam rumah, langsung membawa cewek itu ke kamarnya dan kebetulan ada papah Arion dan Om Andra di dalam membuat Nathan makin berdecak khawatir.

"Ituu kenapa??!" Papah berteriak, langsung bangun menghampiri mereka.

Nathan meletakkan Zia di kasur, lalu berbalik saat papah meraih bahunya. "Zia kenapa? Hah??"

"Tadi kambuh, terus pingsan pah." jawab Nathan pelan, sudah bisa menebak dia yang akan kena marah. "Makanya Nathan bawa pulang."

Arion berdecak dan mendorong bahu Nathan menyingkir, langsung menghampiri Zia untuk menyentuh kedua pipinya. "Ndra, panggil dokter Nabil buru!"

Andra mengerjap, "Bentar bentar gue masih ngesave nomernya nggak ya," Pria itu berlari kecil keluar dari kamar mencari hpnya.

Arion memejamkan matanya panik, "Dia nggak pernah sampe pingsan gini kan?" tanyanya tegas.

Nathan melipat bibirnya seraya mengangguk. "Iya, pah."

Arion menoleh, menatap Nathan dengan datar. "Kamu udah capek ya jagaiin adekmu?" tanyanya sarkastik.

Membuat Nathan terbungkam sejenak. "Zia dari pagi baik-baik aja,"

"Terus maksud kamu dia nggak bakal kambuh kapan aja? Serius papah nanya, niat nggak kamu jagaiin dia?"

"Pah," Nathan menghela napas berat. Ingin sekali papah berhenti mengatakan hal itu setelah dia bolos pelajaran membawa Zia pulang bahkan melawan guru.

"Papah nggak minta banyak kan? Di sisi Zia aja kalo perlu sampe dia pulang, gini kalo ada apa-apa gimana??"

Nathan memalingkan wajahnya, mengulum bibir berusaha untuk sabar. Toh dia sudah biasa disalahkan begini.

Aturan papah padanya adalah, jika Zia tidak bersama Nathan, jika Zia pulang sendiri, jika Zia tidak di samping Nathan, jika Zia kenapa-napa, jika Zia kambuh, maka Nathan yang akan disalahkan tanpa pengecualian.


"Gue udah call dokter Nabil," Andra masuk ke dalam, memandang suasananya yang mendadak mencekam.

"Zia nggak bakal sampe pingsan gini kalo kamu jagaiin," ketus papah. "Ngapain aja sih kamu di sekolah?"

"Yon Yon," Andra mengusap bahu sahabatnya. "Udah udah Nathan kan udah bawa pulang, nggak usah diperpanjang,"

"Lo diem aja, Ndra." sentak Arion.

"Yaudah siapa yang bakal ngira ada kejadian gini kann?" bantah Andra mencoba menjelaskan. Melirik prihatin Nathan, anak itu hanya bisa menunduk.

"Gue sekolahin dia bareng Zia biar bisa jagaiin kok, Zia kalo capek dikit tuh kayak gini loh Ndra..." dumel papah.

"Maaf, pah." ucap Nathan lagi dengan kepala merunduk. Andra jadi menghela napas berat melihat mereka.

"Dah dah sana kamu keluar aja papah capek marah," sentak pria itu mengusir Nathan.

Andra langsung mengisyaratkan Nathan untuk keluar dulu. Pemuda itu akhirnya melangkah pergi dari kamar. Mengusap air mukanya yang keruh, lalu duduk di sofa dengan ekspresi tertekan.

Lalu Om Andra keluar, mendatangi Nathan dan menepuk bahunya. Paham sekali anak ini tidak bersalah. "Om minta maaf wakilin papahmu,"

Nathan menautkan kedua tangannya sambil menunduk. "Aku cuma ninggal ke kantin bentar—"

Little Promise ( AS 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang