Kabar mereka? Baik semua. Karena persahabatan mereka tetap langgeng.


Ale dan Ical membangun perusahaan besar untuk dessertnya, yang siapa sangka kini memiliki banyak cabang di berbagai kota bahkan luar negeri. Dua orang yang super tengil itu bisa mengalahkan Zia dalam urusan kesuksesan.

Gibran menjadi rekan bisnis bersama papahnya di perusahaan pomade dan masih berhubungan baik dengan Luna sampai sekarang. Bahkan undangan pernikahan mereka sudah disebar minggu lalu.

Nayya mengikuti jejak papahnya menjadi seorang Jaksa, karena itu mereka sekarang jarang bertemu karena sibuk dengan urusan masing-masing. Terakhir kali berkumpul saat pernikahannya dengan Jaja tujuh bulan yang lalu.

Dilla tidak ada kabar juga setelah beberapa tahun lalu memberi tahu jika dia diterima kuliah di luar negeri.  Cewek cuek itu memang sulit ditebak.


"Heh, lo inget Bisma kaga?" Ale yang baru duduk di kursi kafe langganan mereka langsung heboh. "Anjir lah anjir."

"Bisma siapa sih?" tanya Luna sambil memakai bedak di wajahnya. Belum hilang juga kebiasaan sejak SMA.

Ical berdecak. "Alah yang belagu itu, tukang onar di sekolah." katanya sambil membantu memotongkan pancake untuk Zia. "Nihh."

"Thank you," Zia cengengesan senang. "Bisma kenapa Bisma?"

"Dia jadi tukang AC di apartemen gue," ucap cowok itu. Sontak membuat Luna dan Ical tergelak.

"Anjir serius lo, Le? Terus kalian ketemu dong??" tanya Luna semangat. "Gila dulu aja gayanya belagu bener kan,"

"Gue pura-pura nggak kenal aja, terus dia kaget gitu ngeliat gue. Paling lagi ngebatin, anjir Ale kok tambah ganteng yaaa," kata Ale dengan pedenya.

"IDIHHH PEDE BENERRR."

"Tai lu, Le."

"Paling tuh Bisma mikir, nih anak dari dulu mukanya kaga berubah buset," balas Ical membuat mereka tertawa puas.

"Kasian nggak sih," gumam Zia. "Tapi dia pantes sih depetin itu." ucapnya sambil mencomot pancake di piring.

"Iya lah dari dulu kelakuannya bejat," balas Ical. "Toh mau cari kerja susah kan ya dia pernah masuk penjara."

"Ohiya bener bener, gue sih nggak kasian ya," Luna mengangguk. "Parah sih, bokapnya bangkrut gara-gara tuh anak."

"Gue malah ketemu sama si Juan, udah punya anak aja tau kembar lagi," ucap Zia.

"Ceweknya masih Kak Maya??" tanya Luna. Jelas dia masih ingat seluk beluk murid Alega.

Zia menggeleng. "Nggak beda lagi, sayang ya."

"Lah si Juan anak band kelas kita??" tanya Ical baru ngeh. "Anjrit nih kenapa pada udah nikah aja ya buset."

"Tenang Cal ada gue yang masih jomblo," ucap Zia sambil menepuk bahu Ical.

"Heh nggak usah ngomongin soal hubungan anjir," Luna tertawa geli. "Sian noh Ale masih menderita gegara ldr."

"Lahiya," Zia tertawa geli. "Samperin lah Le kesana, elu mah gitu."

"Enak bener neng ngomong," Ale tersenyum masam. "Lo jadi bos di kantor gue sini kalo nggak puyeng."

"Aaaa cian anet sihhhh," Luna menepuk bahu Ale.

"Guys,"

Pintu kafe baru saja terbuka, muncul si kalem dengan jaket hitam dan jeans denim. Langsung duduk di samping Luna dan memeluknya. Siapa lagi kalau bukan Gibran. "Pada udah pesen?"

Little Promise ( AS 3 )Where stories live. Discover now