Cewek itu jadi menunduk sambil menggeleng. "Bukan gitu astaga... gue tuh," Zia malah terisak. "Gue ragu..." katanya dengan air mata menetes deras.

"Abis dari rumah Nathan ada ngechat atau datengin elo nggak?" tanya Ale.

Zia menggeleng lirih. "Dia muak banget sama kelakuan gue."

"Tar gue minta Gibran ngomong coba," ucap Luna. "Dah ahh jangan nangis, cup cup."

Zia yang masih menangis menggeleng. "Dah lah nggak usahhh lo tuh malah makin rumit."

"Lagian Nathan apa-apa curhatnya ke Gibran, nggak bisa dihindarin lah Zi." sahut Ical membuat Zia diam.







⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️⛅️







"Zi," Luna datang sambil membawa tumpukan kertas. Meletakkan barang tersebut di meja Zia membuat cewek itu menganga dan berhenti mengetik.

"Ini apa lagi???" tanyanya pelan. Tak ingin yang lain mendengar.

Luna tersenyum manis. "Selamat sibuk sayang, itu ada referensi silang catatan dari Bu Amar. Dia minta di pisahin sesuai tanggal minggu lalu, lo bawa semua ke gudang berkas. Harus selesai today ya,"

Zia menghembuskan napas berat, menatap tumpukan itu dengan wajah tak berselera. "Gue nggak bisa sendiri kayaknya,"

"Duhh, Gibran udah nunggu di luar nih gimana dong?" Luna sok-sokan berekspresi sedih. "Maaf ya Zi, bye!"

Zia menatap kepergian Luna dengan dengusan, kemudian beranjak dan mengangkat tumpukan berkas itu menuju ke gudang. Memang ini profesinya di kantor, keliatannya simple tapi bisa menghabiskan waktu seharian.

"Zia?" Pintu gudang terbuka.

Zia yang sedang memisahkan kertas menoleh. "Ehhh kok disini, Ga??"

"Kata Mba Anti kamu sibuk banget ya?" tanyanya. "Perlu bantuan?"

Senyum Zia langsung merekah. "Nggak lagi sibuk kan?"

Verga tersenyum sambil menggeleng, kemudian membuka pintu dan masuk. Ikut duduk di samping Zia. "Banyak banget gini, Zi."

"Biasalah hobi Bu Amar bikin sibuk orang," katanya.

Verga terkekeh. "Padahal kan tugas kamu cuma naroh berkas aja ya kenapa direpotin suruh misahin sih, heran."

"Kemaren kan sempet ambil libur, nggak kaget kalo gini mah."

Verga mengangguk paham, lalu melirik Zia sambil tersenyum. "Makan siang dulu yuk? Biar ada tenaga,"

Zia menaikan alis. "Tapi ini?"

"Ya kan bisa balik kesini lagi, keburu lauknya diabisin." katanya sambil beranjak, mengulurkan tangannya pada Zia. "Yuk,"

Zia diam sesaat, kemudian terkekeh dan menerima uluran tangan Verga. Mereka berdua lanjut mengobrol sambil berjalan menuju kantin kantor karena jam makan siang sudah dimulai.

"Gila langsung rame gitu," gumam Zia.

"Kamu ambil tempat dulu, aku bawaiin minumnya." suruh Verga.

Zia mengangguk, meletakkan hpnya di salah satu meja kemudian duduk di sana. Menyapa beberapa teman kantornya yang kebetulan dekat dengannya.

"Zi, makin deket aja sama Verga lu," seru salah satu cewek.

"Heh makan doang astaga," balas Zia sambil tertawa. "Mba Tika kapan sebar undangan nikah nih??"

"BESOK BESOKKK."

"Zi, gue mau ngundang kalo lo perginya sama Verga!!"

"Setujuuu!"

Little Promise ( AS 3 )Where stories live. Discover now