12. Asla dan Gadis Kecil

187 22 5
                                    

Kedatanganmu adalah hal yang selama ini kucari
Mulut yang berbicara dengan bertubi-tubi
Dengan sepasang matanya yang murni
Wajahnya adalah cahaya
Kesekian keindahan yang kulihat
Dan kau adalah yang terbaik.

Dalam kamarnya, Fazza menulis sebuah puisi dengan serius.

"Oho! Berapa lama kau mendekam di kamar?"

Seruan seorang gadis mengganggu Fazza yang sedang berkonsentrasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seruan seorang gadis mengganggu Fazza yang sedang berkonsentrasi.

Dia, Hulya Gazali. Kakak sepupu Fazza yang paling dekat dengan Fazza meski mereka sering bertengkar.

Hulya mengerti betul sifat Fazza yang cuek dan dingin itu, rasa usil Hulya selalu memuncak ingin mengerjai Fazza di beberapa kejadian. Melihat muka Fazza yang masam adalah hiburan tersendiri baginya.

"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?" Fazza melirik sepupunya jengkel.

"Aku sudah melakukan itu sejak dua menit yang lalu," Hulya mengangkat bahunya tinggi tinggi. "Apa kau punya masalah dengan telingamu?"

Fazza tak menghiraukan sepupu yang lebih tua 3 tahun darinya itu.

"Memangnya apa, sih, yang dilakukan si tampan ini, haa?" Hulya berjalan mengendap-endap lalu mencoba melihat kertas.

Fazza menyembunyikan kertas itu dengan sigap.

"Tidak boleh."

"Hey Asla! Berikan kertas itu, dasar pelit." Hulya mencoba merebut kertas itu.

"Kau menganggu saja."  Gerutu Fazza dengan wajah kesal.

"Bukan menganggu, tapi risau bodoh! Kau tidak keluar sejak siang tadi, aku kira kau kenapa."

"Aku tidak apa-apa."

Hulya menatap Fazza dengan wajah gemas. Lalu menjauh dari tubuh Fazza tidak berusaha meraih kertas itu lagi.

"Kenapa ke kamarku?" Fazza kembali duduk dan membelakangi Hulya yang berdiri.

"Aku mau numpang kamar mandi, kran kamar mandiku rusak."

"Oh, pantas saja."

"Pantas saja apanya?"

"Bau badanmu menyengat."

Plokk

Fazza meringis mengelus bahunya yang sakit karena Hulya baru saja memukulnya.

"Enak saja kau ini! Aku cuman mau numpang mencuci wajahku tau!" Hulya memperlihatkan facial wash di tangannya sebagai bukti.
"Bau badanku wangi, tidak sepertimu yang kucel dan jelek!"

"Aku rasa beberapa detik yang lalu kau bilang aku tampan." Fazza melirik Hulya dengan penuh kemenangan.

"Iyuh, aku menyesali telah mengatakannya." Rutuk Hulya masuk ke kamar mandi.

F A Z Z A (End)Where stories live. Discover now