26. Sisi Lain Fazza

177 27 1
                                    

Sevgide çekilen cefâda binlence vefâ var
(Ada ribuan kesetiaan dalam penderitaan yang diderita dalam cinta)

-Mevlâna.

•~•~•

(Konya, beberapa tahun yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Konya, beberapa tahun yang lalu.)

Mata anak itu berbinar, menggambarkan jelas bagaimana kembang api yang begitu banyak menghiasi malam ini. Dia berusia 6 tahun. Tinggal di sebuah rumah kecil di salah satu desa di Konya.

Hari ini adalah pergantian tahun, dia begitu senang melihat kembang api yang tak henti-hentinya bersuara dan mengeluarkan cahaya.

Dulu, setelah lahir di dunia, anak tampan itu dipisahkan oleh ibunya lalu diserahkan kepada seorang pengasuh dari tangan Ayahnya sendiri. Ayah anak itu meminta untuk menyimpan dan merawatnya dengan baik dan memintanya agar dia jauh dari banyak orang, dan akan memberikan sebuah imbalan jika 7 tahun akan terlewat sesuai rencana.

Pengasuh menuruti permintaan sang penyair yang begitu disegani di seluruh Turki itu, dia merawat dan menjaga putranya dengan baik dan penuh kasih sayang. Anak itu tumbuh dengan tampan dan cerdas.

Juga dia terkadang memotret bagaimana lucunya putra Musa dalam bertingkah dan disimpannya dalam album.

Di sana, dia menunjukkan tanda-tanda bahwa dia tertarik ke dunia seni menulis, dan berkuda.

"Lord Musa'nın yeteneğini miras aldı! (dia mewarisi bakat Tuan Musa!)" Sang pengasuh menatapnya dengan bangga. Waktu itu usianya masih 4 tahun.

Pengasuh menemukan puisi pertama putra Musa itu yang bertema 'ayam bertelur' di kamarnya.

Belum lagi dengan melukis. Sekalipun lukisan itu hanya berupa abstrak dia menunjukkan minat dalam melukis.

"Sınırların dışına çıkmayın efendım. (Jangan keluar dari batas bermain, Tuan.)"

Begitulah, anak itu sering bertanya mengapa dia tak pernah diizinkan untuk bermain atau bertemu dengan orang asing. Dia selalu bertanya-tanya mengapa dia seakan disembunyikan dari dunia ini?

Dia pun bertanya-tanya bagaimana dunia luar, padahal dia laki-laki. Seusianya banyak yang sering kejar-kejaran dan bermain namun dia tidak. Dia hanya tinggal di desa asing dengan pengasuh tua yang sabar.

Hingga pada akhirnya Musa Gazali datang di rumah pengasuh sambil membawa kuda untuknya.

"Bak baban sana ne getirdi, Aslanım (Lihat apa yang baba bawakan untukmu, Singaku!)" 

Dia tersenyum simpul melihat kuda abu-abu lalu menghampirinya dengan gembira. Meski sedikit asing dengan pria paruh baya didepannya ini, dia tahu bahwa orang itu adalah ayahnya, Musa Gazali. Saat itu dia berumur 5 tahun.

F A Z Z A (End)Where stories live. Discover now