23. Anak ini Manis Sekali

183 24 6
                                    

Note; bab ini penuh dengan unsur comel tingkat akut, siapkan hati lihat banyak foto menggemaskan Fazza, bisa jadi hati kalian akan tercuri olehnya. XD

•~•~•

"Aslanım, annem seni özlüyor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aslanım, annem seni özlüyor. (singaku, ibu rindu kamu.)"

"Anne!"

Fazza berlari kearah wanita dengan kain yang menutupi setengah kepalanya itu, di mata Fazza dia adalah wanita tercantik yang pernah ia temui, elusan yang selalu Fazza rindu, tangan hangat itu selalu berada di pipi Fazza setiap saat.

Dia, ada di rumahnya. Konya.

Rumah besar yang berada di sudut kota, berpagar tinggi jauh dari padatnya kota, dalamnya ada segala yang Fazza inginkan, taman luas, kandang kuda, ruangan kaca untuk melukis, kolam yang indah, bahkan lapangan hijau yang digunakan untuk bersantai.

Tetapi segalanya terasa hidup karena Ibu Fazza yang seakan menjadi jiwa dalam rumah itu. Menurut Fazza, Ibunya bahkan lebih cantik daripada bunga-bunga yang ada di taman.

Di teras terlihat ibu memanggil namanya, dia menggenggam beberapa bunga yang baru dia petik. Dan Fazza berlari memeluk.

"Seni özledim, (aku merindukanmu,)" bisik Fazza tenggelam dalam bahu wanita itu, matanya terpejam mengingat kenangan yang ia habiskan dengannya.

"Pulanglah."

Fazza mengerutkan kening.

"Aku di sini, Anne." ujar Fazza tak mengerti.

"Keluarlah dari persembunyianmu! Karena kami butuh kamu, segalanya akan membaik, anak manis, Baba-mu dan aku menyayangimu." Ibu Fazza mengelus pipi Fazza.

"Tapi aku tidak bersembunyi," Elak Fazza. "Aku sudah pulang, anne. Aku sekarang di sini!" Lanjutnya mengangguk-angguk.

"Dan temuilah baba, cari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Fazza tak sanggup menjawab, dia hanya berpaling mengisyaratkan bahwa dia tidak mau.

"Dia hidup demi dirimu! Mencoba-lah mengerti, hilangkan amarah dalam pikiranmu!" Bujuk ibunya memegang kedua pipi Fazza menghadapkan lurus agar menatapnya.

"Maka jangan menyesal jika suatu saat kamu tidak bisa lagi bertemu dengan kami." Ungkap ibunya, siratan matanya yang sayu dan letih itu mengeluarkan tetesan air mata.

"Seni bekliyorum, Aslanım .. (aku menunggumu, singaku ..)"

•~•~•

Suara alarm berdering nyaring, dengan malas Fazza membuka matanya dan duduk mengumpulkan nyawa.

Mengusap wajah yang tampak bersih dan lelah, sekali lagi mimpi membawanya berkelana di Konya. Hampir setiap hari mimpi-mimpi seperti itu hadir dalam malam tetapi kali ini terasa berbeda karena ia melihat anne yang tersenyum menatapnya.

F A Z Z A (End)Where stories live. Discover now