31. Keputusan Selim

128 22 0
                                    


Amaiya memperhatikan bagaimana Fazza sangat menyayangi kakaknya, Selim. Gadis itu tersenyum sama melihat kakak beradik itu akhirnya bertemu setelah sekian lama.

"Hulya?" Selim memyadari bahwa ada 2 gadis bersama Fazza.

Hulya kemudian menjabat tangan Selim, "kau semakin tampan saja."

"Kau juga semakin cantik." Balas Selim dibarengi tawa.

"Hasil perawatan. Jika tidak, sulit membedakan antara dia dan kera."

Plokk!

"Berhenti mengejekku dasar singa ompong!" Kesal Hulya setelah memukul lengan Fazza yang meledeknya.

"Humormu tidak berubah sama sekali setelah hampir 6 tahun tidak bertemu," Selim menggeleng-geleng. "Apakah Asla menyusahkanmu?"

"Tidak hanya menyusahkanku! Dia selalu mengusikku. Masa iya hanya karena kecoa terbang masuk di kamarnya selama itu dia menyuruhku tidur diluar dan dia tidur dikamarku? Belum lagi kalau ditanya dia itu seperti orang tuli, tidak pernah menjawab sama sekali. Marahi saja dia!" Celoteh Hulya berkacak pinggang melirik Fazza.

Tawa Amaiya meledak mendengarnya, dia tidak menyangka sejijik itu Fazza pada kecoa. Pantas saja di pintu kamarnya tertulis 'Hulya dan serangga dilarang masuk.' Karena dia takut kecoa rupanya.

Saking kencangnya tawa itu, mereka bertiga menoleh ke arah Amaiya dan seketika tawanya terhenti.

Mata Selim beralih ke Amaiya, kemudian keningnya berkerut karena tak mengenali gadis di depannya sama sekali. Dia melihat Amaiya dari ujung kaki sampai kepala dengan tatapan asing.

Sialan, tidak kakak tidak adiknya kenapa tatapannya mengerikan, sih?! Gerutu Amaiya dalam hati, wajahnya menyuguhkan senyuman kikuk.

"O kim? (Siapa dia?)"

"Onun adı Amaiya Endonezya'dan (namanya Amaiya dari Indonesia)." Jawab Fazza lalu menarik lengan Amaiya agar mendekati mereka.

Tidak tahu apa yang harus Amaiya perbuat, dia lagi-lagi hanya mengangguk kikuk.

"Kenapa dia bisa ada disini? Apa dia temanmu?"

"Dia gadis yang disukai Asla." Bisik Hulya tak terdengar oleh mereka berdua, Selim mengangguk-angguk mengerti sambil tetap melayangkan tatapan aneh.

"Dia juga menyukai Asla?"

"Aku tidak tahu," Hulya menggeleng.
"Tapi Asla begitu menyukainya meskipun belum menunjukan rasa sukanya, adikmu itu memang dingin!" Lanjutnya berbisik.

"Oh, lalu apa kelebihannya?"

"Hanya dengan Amaiya Asla dapat terbuka dengan semuanya, dia hangat dan baik pada semua orang, lalu-

"Apa yang kalian bicarakan?" Sela Fazza mengintimidasi, pasalnya mereka berdua sama sekali tidak bisa mendengar Hulya dan Selim yang sedang berbisik mirip dengan ibu-ibu gosip di pasar.

Hulya dan Selim berdehem menetralkan tingkah mereka, "badai salju kelihatannya akan semakin kencang, tidak mau pulang?" Hulya mengalihkan topik.

Mereka melihat keadaan sekitar yang sepi dan hanya ada salju yang menyelimuti.

"Tidak ada waktu lagi, atau kalian akan membeku di sini. Pulanglah."

Perkataan Selim membuat Fazza menggeleng tak setuju.

"Ada kedai teh dekat sini, kita bicarakan di sana saja." Hulya menunjuk kedai tak jauh dari mereka berdiri sekarang.

•~•~•

F A Z Z A (End)Where stories live. Discover now