24. Mulai Merindu

167 18 4
                                    

Rasa sakit karena kau pergi
Dan rasa sakit karena kau tak kunjung kembali
Lalu rasa sakit yang dunia ini berikan
Apa yang harus aku lakukan?

(Tum hi aana)

•~•~•

Di depan Fazza sudah ada sebuah batu nisan yang cukup besar bertuliskan nama anne nya dan tahun kematiannya, ini sudah sejak dua hari setelah kematiannya dan Fazza baru mendatangi makam anne hari ini.

Bagaimana bisa Fazza datang tepat waktu sedangkan hati-nya kini sedang diterjang ombak yang begitu besar?

Tidak ada gunanya lagi menyesali apa yang telah terjadi, Fazza duduk dan mengelus batu nisan itu dan memandang dengan cukup lama.

"Anne, aku sudah di sini. Mendatangi mu, untuk menghilangkan segala rindumu," Ujar Fazza kemudian.

Menghilangkan rindu? Bukan. Bahkan Fazza telah membuat rindu itu akan selamanya abadi karena dia tidak akan menemui anne lagi. Dia mengubah rindu ini menjadi semakin kelam, berselimut duka.

Suasana di kota Konya mungkin cerah, tetapi tidak untuk hati Fazza. Dia datang bersama paman dan bibi yang sudah dulu pulang meninggalkan Fazza di sini sendirian.

".. dan, semua akan baik-baik saja seperti katamu." Lanjut Fazza tersenyum miris.

"Asla, sudah 2 jam kau duduk di sini. Pulanglah,"

Tidak ada jawaban dari Fazza.

"Orang lain tidak boleh ada yang tahu bahwa kau berada di sini." Lanjut Hulya.

Ya, meskipun masyarakat Konya terutama para penggemar Musa Gazali sangat terkejut akan hal ini, mereka juga banyak mengucapkan duka yang mendalam untuk Musa dan keluarganya.

Tetapi tidak ada satupun keluarga inti yang hadir di pemakaman ibu Fazza, tidak ada yang muncul di publik selain para kepercayaan Musa Gazali dan orang-orang tertentu saja. Ini dikarenakan Musa Gazali begitu mempunyai kehidupan yang cukup pribadi dan tertutup, meski dia terkenal dengan syair-nya tetapi hanya beberapa orang yang tahu bagaimana wajah Musa dan keluarganya, karena dia misterius.

Fazza tak mengalihkan tatapannya dari arah batu nisan itu, dia seolah mati rasa.

(8 tahun yang lalu)

Jari -jari lentik itu pelan merapikan rambut berantakan Fazza seperti halnya sisir yang merapikan rambut, anne tertawa melihat bagaimana Fazza raut wajah kesalnya sangat menggemaskan. Karena, tadi Fazza jatuh tersandung dan mendaratkan wajah di tanah.

"Bir dahaki sefere koşarken dikkatli ol. (Lain kali hati-hati kalau berlari.)" Kata anne menahan tawa.

Fazza hanya membuang napas kesal tidak terima bahwa laju kudanya lebih cepat dari pada dia.

Tentu saja, anak berumur 9 tahun itu pasti kalah telak melawan kuda bertanding lari, Fazza ini anaknya sedikit anti-mainstream. Selain kalah dalam lomba lari dengan kuda, dia juga pernah membuat puisi yang terinspirasi dari ayam bertelur, dan itu menjadi puisi pertama dalam hidupnya, mencoba berputar-putar menirukan tarian Shema yang dilakukan oleh Dervish dan berakhir mual dan muntah ditempat.

Demikian masa kecil Fazza.

"Kalau kamu ingin mengalahkan segalanya, kamu tidak akan bisa." Kata anne.

"Aku hanya ingin tahu seberapa jauh kemampuanku, aduh! Anne .. bisakah sedikit pelan?" Dumel Fazza meringis saat anne meletakan kompres di dahinya yang lebam.

"Lihatlah anak manis ini, nanti kalau baba pulang, anne yang dimarahi."

"Salahkan saja kuda itu!" Fazza melipat tangannya.

F A Z Z A (End)Where stories live. Discover now